MAKALAH
Profesi
Kependidikan
Profesi
Supervisor dan Supervisi Pembelajaran
Dosen
pengampu : Najib S.Pd.I, M.PdI
Kelompok
9:
Rini Delmasari
ajuzar
Dinia Margi Arti
Ayu keke
PROGRAM STUDI BAHASA
INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN
BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur ke hadirat
Allah SWT karena telah memberikan rahmat dan kesehatan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah
Profesi kependidikan
Penulis
menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah
ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada bapak Najib S.Pd.I,
M.Pd.I yang telah membimbing dalam proses pembelajaran, serta teman-teman
sekelompok yang telah berjuang dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan
pembelajaran perkembangan
peserta didik khususnya dan pendidikan pada umumnya.
Bangko,
03 Mei 2014
penulis
|
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar................................................................................................. i
Daftar
Isi............................................................................................................ ii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1
Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3
Manfaat Penulisan................................................................................... 2
BAB
II: PEMBAHASAN................................................................................ 4
2.1 Defenisi Supervisi................................................................................. 4
2.2 Supervisi Bukan Inpeksi....................................................................... 7
2.3 Tujuan Supervisi................................................................................... 9
2.4 Fungsi Supervisi dan Supersior............................................................. 11
2.5 Peranan Supervisor Pembelajaran......................................................... 12
2.6 Tugas Pokok Supervisor Pembelajaran................................................. 13
2.7 Kelengkapan Administrasi.................................................................... 14
2.8 Prinsip Penyususnan Program............................................................... 16
2.9 Prinsip-prinsip Supervisi....................................................................... 17
2.10 Tipe-Tipe
Supervisi Pembelajaran........................................................ 19
2.11 Teknik Supervisi.................................................................................. 20
2.12 Pendekatan
Supervisi Pembelajaran.................................................... 21
2.13 Perangkat
Supervisi Pembelajaran....................................................... 22
2.14 Implementasi
Teknik Supervisi............................................................ 23
BAB III : PENUTUP..................................................................................... 26
A. Kesimpulan......................................................................................... 26
B. Saran................................................................................................... 26
Daftar
Pustaka................................................................................................ 27
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
perkembangan pendidikan di Indonesia maka paradigma tenaga kependidikan pun
sudah seharusnya mengalami perubahan pula, khususnya yang berkaitan dengan
supervisi atau kepengawasan pendidikan ini. Dari paradigma lama dapat dipahami
bahwa pengawasan cenderung bersifat otokratis, mencari-cari kesalahan atau
kelemahan orang lain dan berorientasi pada kekuasaan. Pengertian pengawasan
seperti ini sering disebut inspeksi atau memeriksa, orang yang melakukan
pemeriksaan itu sendiri disebut inspektur. Perubahan demi perubahan telah
dialami. Pengaruh-pengaruh barat mulai masuk, sehingga pengertian pengawasan
dalam pendidikan dirubah menjadi “supervisi” yang maksudnya hampir sama dengan
inspeksi tapi istilah supervisi memiliki arti yang lebih luas dan demokratis,
tidak hanya melihat apakah kepala sekolah, guru, dan para pegawai sekolah telah
melakukan tugas dan kegiatan sesuai dengan pedoman yang ada, akan tetapi juga
berusaha mencari jalan keluar bagaimana cara memperbaikinya. Dengan paradigma
baru ini diharapkan para pendidik dan para supervisor dapat menjalin kerjasama
yang lebih harmonis dalam rangka mengemban tugas-tugas kependidikan yang dibebankan
kepada diri masing-masing.
|
Berdasarkan latar belakang makalah diatas, maka permasalahan yang akan dibahas
yaitu:
1.2.1 Bagaimana
pengertian dari supervisi pendidikan?
1.2.2 Apa saja
tujuan dari supervisi pendidikan?
1.2.3 Siapa yang menjadi sasaran dalam supervisi
pendidikan?
1.2.4 Apa saja
fungsi dari supervisi pendidikan?
1.2.5 Bagaimana
ruang lingkup dan teknik dari supervisi pendidikan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.3.1 Mengetahui
tentang pengertian supervisi pendidikan.
1.3.2 Mengetahui
tujuan supervisi pendidikan.
1.3.3 Mengetahui
sasaran dalam supervisi pendidikan.
1.3.4 Mengetahui
fungsi dari supervisi pendidikan.
1.3.5 Mengetahui ruang lingkup dan teknik dari
supervisi pendidikan.
1.4 Manfaat
|
|
1.4.2 Dapat bermanfaat dan memberikan informasi tentang bagaimana proses
penanganan dan penyelesaian masalah mengenai pendidikan sekarang ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1
Defenisi Supervisi
“Supervisi secara etimologi berasal dari kata
“super” dan “visi” yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau
menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh
pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan
kinerja bawahan*)
Ada
beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi bahkan dalam pelaksanaannya
istilah-istilah tersebut sering digunakan secara bergantian. Istilah-istilah
tersebut, antara lain, pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan
mengandung arti suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan
dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat
bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi
dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu
diperbaiki dalam suatu pekerjaan**)
“Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball
Wiles (1967) sebagai berikut : “Supervision is assistance in the devolepment
of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam
pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan
bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal,
material, technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar
inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan
supervisi***)
|
|
“Secara umum supervisi
adalah bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam mencapai
tujuan pendidikan. Bantuan tersebut dapat berupa dorongan, bimbingan, dan
kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan
dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran, pemilihan alat-alat pengajaran dan metode-metode mengajar yang
lebih baik,dll. Dengan kata lain supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan
yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
melakukan pekerjaan secara efektif*******)
Beberapa
pengertian tersebut menunjukkan bahwa supervisi bukanlah kegiatan sesaat
seperti inspeksi, tetapi merupakan kegiatan yang kontinu dan berkesinambungan
sehingga guru-guru selalu berkembang dalam mengerjakan tugas dan mampu
memecahkan berbagai masalah pendidikan dan pengajaran secara efektif dan efisien.
Secara implisit definisi supervisi memiliki wawasan dan pandangan baru tentang
supervisi yang mengandung ide-ide pokok,
seperti menggalakkan pertumbuhan profesional guru, mengembangkan kepemimpinan demokratis, melepaskan energi, dan memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan efekitivitas
proses belajar mengajar.
“Selain itu supervisi ditujukan untuk membantu para
guru dalam melihat lebih jelas untuk memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
Hal ini penting karena guru harus mampu memenuhi kebutuhan siswa. Demikian juga
bantuan tersebut diberikan kepada guru agar mampu mengidentifikasi kesulitan
individual siswa sehingga dapat merencanakan pembelajaran secara lebih tepat
melalui analisis kebutuhan dan kondisi yang dimiliki oleh siswa********)
Pada
hakekatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan yang
kontinu, pengembangan kemampuan profesional personil, perbaikan situasi belajar
mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan
pribadi peserta didik. Dengan kata lain, dalam supervisi ada proses pelayanan
untuk membantu atau membina guru-guru, pembinaan ini menyebabkan perbaikan atau
peningkatan kemampuan kemudian ditransfer kedalam perilaku mengajar
sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang lebih baik, yang akhirnya juga
meningkatkan pertumbuhan peserta didik.
*) E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 154.
****) Piet A Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik
Supervisi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 17
******) Ibrahim Bafadal, Dasar-Dasar Manajemen dan
Supervisi Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 72
*******)M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan supervise
Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 76
********)Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar
Supervisi (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 12
|
1.2 Supervisi
bukan Inpeksi
Sejak
zaman penjajahan belanda hingga awal tahun 1950-an, kata supervisi yang pupoler
sekarang, lebih dikenal dengan istilah inspeksi. Karenanya, kegiatan supervisi
pembelajaran yang kita kenal sekarang , dulunya merupakan aktivitas inpeksi.
Karenanya kegiatan supervisi pembelajaran yang kita kenal sekarang dulunya
merupakan aktivitas inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan atas
proses belajar dan mengajar. Memang , hingga saat ini sesekali kegiatan
supervisi itu masih berbau inpeksi, karena sifanya melakukan pemeriksaan,
pengawasan, dan penilikan. Namun demikian, titik tekan inpeksi adalah
menyalahkan, sedangkan supervisititik fokusnya adalah melakukan bimbingan
profesional. Karena itu supervisi dapat diberi makna sebagai inpeksi untuk mencari
kelemahan-kelemahan guru hanya sebatas sebuah diagnosis, yang kemudian ditindak
lanjuti dengan kegiatan bimbingan profesional terhadap mereka.
Inpeksi
diambil dari bahasa belanda, yaitu inspectie. Istilah ini bermakna memeriksa,
melihat, menilik, bahkan menginterogasi untuk mencari kesalahan subjek yang
melakukan tindakan inpeksi atau yang menginsipeksi disebut inspektur. Kegiatan
yang dominan dilakukan oleh inpektur antara lain disajikan berikut ini.
1.2.1
pengarahan
(directing), dimana pengawas sekolah secara satu arah memberikan pengarahan
kepada guru agar melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak dan capaian yang
diinginkannya.
1.2.2 Pelatihan (coaching), dimana pengawas, tanpa bertanya kepada guru memberikan
pelatihan mengenai subtansi yang olehnya dipandang penting, tanpa mengetahui
apakah guru memandangnya penting atau sudah mengetahuinya atau belaum.
|
|
1.2.5 Pengoreksian (correcting),
dimana pengawas mengoreksi apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan atau digariskan untuk kemudian secara satu arah atau tanpa dialog
melakukan koreksi yang cendrung menyalahkan, bukan mencari cara bagaimana
caranya agar menjadi benar.
1.2.6 Penimbangan (judging), dimana
pengawas membuat timbangan atau mengadili dalam arti memberikan penilaian atau
keputusan sepihak atas kinerja subjek yang diinspeksi.
1.2.7 Pengarahan (directing),
dimana memberi pengarahan dan menentukan ketetapan atau garis kerja secara satu
arah.
1.2.8 Memimpin (leading), dimana
pengawas secara otoriter setiap usaha perbaikan pembelajaran.
1.2.9 Pendemontrasian
(demontration), dimana memperlihatkan bagaimana cara mengajar yang baik.
Berbeda
dengan inpeksi, supervisi merupakan kegiatan yang tidak dimaksudkan untuk
mencari-cari kesalahan, melainkan lebih banyak mengandung unsur pembinaan,
pengembangan profesi, dan sejenisnya agar kondisi guru yang sedang disupervisi
dapat diketahui kekurangannya. Langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan
atas kinerja yang lemah itu. Supervisi dilakukan untuk melihat pada bagian mana
dari kegiatan guru yang masih lemah untuk diupayakan menjadi positif , juga
melihat pada bagian mana kegiatan guru yang sudah positif untuk ditingkan
menjadi lebih baik lagi dan yang terpenting adalah pembinaannya.
Subjek
yang melakukan supervisi disebut supervisor. Regulasi yang berlaku sejak sejak
tahun 1970-an, bahkan secara praktis masih diakui hingga saat ini , subjek yang
disebut supervisor dibidang pendidikan itu adalah administrator sekolah dan
pengawas. Bahkan, pada tahun 1970-an pada jenjang pendidikan anak usia dini dan
sekolah dasar, juga untuk pendidikan luar sekolah, disebut penilik. Pada
jenjang sekolah menengah pertama hingga ke jenjang sekolah menengah atas disebut
pengawas.
Bagi
Mulyasa (2006) supervisi sesungguhnya dapat dilakasanakan oleh administrator
sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi didalam sistem organisasi
modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independen, dan dapat
meningkatkan obyektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugas. Admistrator
sekolah yang mensupervisi harus mampu melakukan pengawasan dan pengandalian
untuk meningkatkan kinerja guru disekolahnya. Pengawasan dan pengendalian ini
merupakan kontrol agar kegiatan pembelajaran oleh guru disekolah terarah pada
tujuan yang ditetapkan.
Kegiatan
ini juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar guru tidak melakukan
penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. Dalam
kerangka ini supervisi merupakan bagian dari proses administrasi sekolah.
Kegiatan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada disekolah
sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai
tujuan. Kegiatan supervisi diharapkan menginspirasi guru untuk bersama-sama
menyelesaikan pekerjaan dengan jumlah yang lebih banyak, waktu yang lebih
cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik dari pada jika dikerjakan
sendiri.
1.3 Tujuan
Supervisi
Tujuan utama supervisi
adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980; Oliva, 1984; Hoy &
Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman, 1990). Tujuan umum Supervisi
adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru
dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya,
dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar
mengajar
|
|
a.
Membantu guru dalam memahami tujuan
pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
b.
Membantu guru dalam melihat secara lebih
jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
c.
Membentuk moral kelompok yang kuat dan
mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan
bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
e.
Meningkatkan kualitas pengajaran guru
baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
f.
Menyediakan sebuah sistim yang berupa
penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
g.
Sebagai salah satu dasar pengambilan
keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
1.3.2 Meningkatkan
keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan
terlaksana
dengan baik
1.3.3 Meningkatkan keefektifan dan
keefesiensian sarana dan prasarana yang ada
untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan
keberhasilan siswa
1.3.4 Meningkatkan
kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal
yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar
sebagaimana yang diharapkan.
1.3.5 Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga
tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan
kualitas pembelajaran
yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
1.4 Fungsi
Supervisi dan Supervisor
Supervisi
pendidikan bersifat multifungsi. Pertama,
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Mutu proses tercermin dari
suasan pembelajaran yang sehat, dinamis, produktif, kreatif, adatif, ekonimis,
menyenangkan, dan sebagainya. Mutu hasil pembelajaran tercermin dari nilai
tambah capaian kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Kedua, mendorong dan
mengoptimasi unsur-unsur yang terkait dengan proses pembelajaran. Fokusnya
dalam kerangka ini lebih pada hal-hal yang bersifat teknis administrasi dan
fasilitatif bagi terlaksananya proses pembelajaran yang baik dan bermutu.
Ketiga, fungsi membina dan memimpin. Muaranya adalah semua sumber daya yang
tersedia disekolah dapat secara konsisten dan taat atas asas bekerja pada
koridornya.
a.
Fungsi-fungsi
supervisi itu dijalankan oleh pengawas ketika dia memposisikan diri sebagai supervisor.
Karena itu Pengawas dan supervisor di sini orangnya sama. Hanya topinya yang
berbeda. Pada saat mana dia menggunakan topi pengawas dan pada saat mana
pula menggunakan topi supervisor. Made
Pidarta (2009) merumuskan fungsi supervisor seperti berikut ini
b.
Sebagai
perantara dalam menyampaikan minat para siswa, orang tua, dan program sekolah
kepada pemerintah dan badan-badan komponen lainnya.
c.
Memantau
penggunaan dan hasil-hasil sumber belajar
d.
Mengembangkan
program baru untuk jabatan baru yang diperkirakan dapat muncul
e.
Mengintegrasikan,
program yang diajukan pemerintah, ekonomi, pandangan, dan industri.
f.
Menilai
dan meningkatkan atas makna gaya hidup.
g.
Memilih
inovasi yang berkonsisten dengan masa depan
|
1.5 Peranan
Supervisor Pembelajaran
Supervisor pembelajaran dilakukan oleh pengawas profesional yang memerankan
diri sebagai supervisor. Ketika dia bertindak sebagai supervisor, “topi
pengawasnya” dilepas. Supervisor pengajaran lebih berperan sebagai “gurunya
guru”. Mereka adalah orang-orang yang siap membantu kesulitan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Supervisor pembelajaran bukanlah seorang
pengawas yang terkesan angker, bahkan mungkin mencari-cari kesalahan guru.
Menurut
oliva (1984), peran supervisor pembelajaran ada empat. Pertama, sebagai
koordinator, yaitu mengkoordinasikan program-program dan bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran dan harus membuat
laporan mengenai pelaksanaan programnya. Kedua, sebagai konsultan, supervisor
harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum, metodologi
pembelajaran, dan pengembangan staf, sehingga supervisor dapat membantu guru
baik secara individual maupun kelompok. Ketiga, sebagai semimpin kelompok
(group leader), supervisor harus memiliki kemampuan memimpin, memahami dinamika
kelompok, dan menciptakan pelbagai bentuk kegiatan kelompok. Keempat, sebagai
evaluator, supervisor harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk dapat
mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus mampu membantu
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian
dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.
|
Sejalan
dengan itu, Glatthorn (1990) mengemukakan kompetensi yang harus dimiliki oleh
supervisor meliputi hal-hhal yang berkaitan dengan the nature of teaching, the
nature of adult development, dan the characteristics of good and effective
school. Berkaitan dengan hakikat pengajaran, supervisor harus memahami
keterkaitan pelbagai variabel yang berpengaruh. Pertama, adalah faktor-faktor
organisasional, terutama budaya organisasi dan keberadaan tenaga profesional
lainnya dalam lembaga pendidikan. Kedua, berkaitan dengan pribadi guru,
menyangkut engetahuan guru, kemampuan membuat perecanaan dan mengambil
keputusan, motivasi kerja, tahapan perkembangan atau kematangan, dan
keterampilan guru. Ketiga, berkaitan dengan sistem pendukung (support system)
dalam pengajaran, yaitu kurikulum, pelbagai buku teks, serta ujian-ujian.
Terakhir, adalah siswa sendiri yang keberadaannya didalam kelas sangat
bervariasi.
1.6
Tugas Pokok Supervisor Pembelajaran
Inti tugas tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah
adalah menilai dan membina. Sehubungan
dengan ini ada empat tugas utama pengawas sekolah, yaitu:
a. Merencanakan penilaian yang di lengkapi dengan
instrumennya.
b. Melaksanakan penilaian sesuai dengan kaidah-kaidah
penilaian.
c. Mengolah hasil penilaian dengan teknik-teknik
pengolahan yang ilmiah.
d. Memanfaatkan hasil penilaian untuk pelbagai
keperluan.
|
1.7
Kelengkapan Administrasi
Kementerian Pendidikan Nasional melalui Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kerja Kependidikan (Ditjen
PMPTK) sejak Agustus 2009, telah menetapkan kewajiban administratif pengawas
sekolah, yang mana kewajiban administratif itu merupakan tindak lanjut
keluarnya Permendiknas Nomor 12 tahun 2007. Berikut ini poin-poin yang menjadi
kewajiban administratif pengawas yang sekaligus sebagai kelengkapan
administrasi pengawas.
|
No
|
Indikator Operasional
|
Kelengkapan Administrasi
|
||||
1
|
Melaksanakan pengawasan terhadap 10 sampai dengan 15
sekolah dan membina 40 guru hingga paling banyak 60 guru
|
1. Surat
tugas dari dinas pendidikan yang dilampiri dengan data sekolah dan jumlah
guru
2. Data pendidik
dan tenaga kependidikan sekolah binaan.
|
||||
2
|
|
3. Program
tahunan pengawasan, meliputi pengawasan akademik dan manajerial, mencakup
prioritas pemantauan, pembinaan dan penilaian.
4. Program
semester pengawasan, meliputi pengawasan akademik dan manajerial yang memuat
masalah
|
||||
3
|
Melaksanakan supervise akademik dalam menerapkan standar isi, proses,
penilaian dan SK
|
5. Dokumen hasil
pemantauan kinerja sekolah dalam menerapkan standar isi, proses, penilaian,
dan standar kompetensi lulusan (SKL), yang meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
6. Format
isian rekaman kegiatan supervise akademik.
7. Bukti fisik
pengolahan data dan laporan pemantauan, pembinaan, dan penilaian kinerja
dalam penerapan standar isi, proses penilaian, dan SKL meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan output.
8. Lembar
hasil refleksi dan rekomendasi tindak lanjut perbaikan mutu berkelanjutan.
|
||||
4
|
Melaksanakan supervise manajerial dalam menerapkan
standar pengelolaan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
serta pembiayaan.
|
9. Dokumen
hasil pemantauan kinerja sekolah dalam menerapkan standar pengelolaan, pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan.
10. Format isian rekaman
kegiatan supervise akademik yang keabsahannya ditandai dengan tanda tangan
personal yang di supervise dan dikuatkan tanda tangan kepala sekolah.
11. Bukti fisik pengolahan data
dan laporan supervisi.
12. Lembar hasil refleksi dan
rekomendasi tindak lanjut perbaikan mutu berkelanjutan.
|
||||
5
|
Melaksanakan penilaian
kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan tugas manajerial dan akademik.
|
13. Format isian bukti
pelaksanaan penilaian
14. Instrumen penilaian
15. Data hasil penilaian
16. Lembar analisis dan
rekomendasi tindak lanjut perbaikan mutu berkelanjutan.
|
||||
6
|
Melaksanakan pembimbingan
dan pelatihan dalam rangka meningkatkan mutu profesi kepala sekolah, tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan paling sedikit malaksanakan tiga kali dalam
satu semester.
|
17. Dokumen jadwal, tanggal,
jam, tema, dan kompetensi yang dikembangkan dalam bentuk workshop, seminar,
observasi dan group conference, bimbingan teknis, serta kunjungan sekolah
melalui supervise manajerial.
|
||||
7
|
Menyusun laporan pelaksanaan
program pengawasan.
|
18. Laporan tahunan pengawasan
sekolah yang meliputi seluruh sekolah binaan yang ditekankan pada pemetaan
pencapaian tujuanpengawasan.
19. Laporan semesteran
pengawasan per sekolah yang meliputi seluruh sekolah binaan yang ditekankan
pada pemetaan pencapaian tujuan pengawasan.
|
||||
8
|
|
20. Laporan penelitian tindakan kelas
(PTK) atau laporan penelitian tindakan sekolah. (PTS)
|
1.8 Prinsip Penyusunan Program
Kegiatan pengawas sekolah harus diawali dengan
penyusunan program kerja. Dengan adanya penyusunan tersebut maka sebuah
pekerjaan akan terarah dan memiliki sasaran serta target yang jelas. Untuk
dapat menyusun program pengawas yang baik, seorang pengawas perlu memiliki
pemahaman yang komprehensif mengenai lingkup tugasnya, menguasai prosedur
penyusunan program kerja, serta kemampuan sistematis untuk merancang program
dan kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga akan produktif dan memberi
kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Prinsip-prinsip yang merupakan rambu-rambu yang
harus dipenuhi agar pelaksanaan pengawasan berjalan efektif, diantaranya:
a. Kegiatan pengawas sekolah dikembangkan atas dasar
visualisasi harapan ke depan dari kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan
yang ingin dicapai.
b. Kegiatan pengawas sekolah dikembangkan atas dasar
hasil kerja pengawas pada tahun sebelumnya.
c. Kegiatan pengawas sekolah mengacu pada kebijakan
pendidikan, baik yang dikeluarkan oleh kementrian pendidikan maupun dinas
pendidikan di semua tingkatan.
d. Program kegiatan pengawas memuat prioritas
pembinaan dengan target pencapaiannya dalam jangka pendek (semester), jangka menengah
(satu tahun), dan jangka panjang (tiga sampai lima tahun).
e. Program kerja pengawas selalu diawali dengan
penilaian kondisi awal sekolah berkaitan dengan sumber daya pendidikan, program
kerja sekolah, proses bimbingan/pembelajaran, dan hasil belajar/bimbingan
siswa.
f. Program kerja pengawas harus memuat prgram primer
dan sekunder, serta harus jelas mana yang menjadi tugas utama pengawas dan mana
pula yang dapat dikreasi sendiri oleh guru.
g. Pelaksaan program pengawas bersifat fleksibel namun
tidak keluar dari ketentuan tentang penilaian, pembinaan, dan pemantauan
sekolah.
1.9 Prinsip-prinsip Supervisi
Tahalele dan Indrafachrudi (1975) merumuskan
prinsip-prinsip sebagai berikut : (a) dilaksanakan secara demokratis dan
kooperatif, (b) kreatif dan konstruktif, (c) Ilmiah dan efektif, (d) dapat
memberi perasaan aman pada guru-guru, (e) berdasarkan kenyataan, (f) memberi
kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan evaluasi diri.
Prinsip tersebaut harus tercermin dalam konteks
hubungan supervisor dengan guru, maupun di dalam proses pelaksaan supervisi
secara keseluruhan, prinsip tersebut antara lain disajikan berikut ini:
a. Objektif, dimana pelaksaan supervisi pembelajaran
atas dasar impersonal, tidak dengan cara pilih kasih.
b. Transparan, dimana pelaksaan supervisi pembelajaran
ini diketahui oleh pihak-pihak yang ingin memberikan informasi.
c. Akuntabel, dimana pelaksaan supervisi pembelajaran
harus dapat dipertanggung jawabkan, baik proses, maupun hasil, dan tidak
lanjutnya,
d. Berkelanjutan, dimana pelaksanaan supervisi
pembelajaran harus dilakukan secara terus-menerus, menurut periode waktu
tertentu.
e. Aplikatif, dimana pelaksaan supervisi pembelajaran
harus bermanfaat dan memiliki daya terap bagi perbaikan proses dan hasil
pembelajaran.
f. Keyakinan, dimana kegiatan pengawas dilaksanakan
dalam pola hubungan kepercayaan antara pihak sekolah dengan pihak pengawas,
hingga hasilnya dapat dipercaya.
g. Realistik, kegiatan pengawas yang sesuai
berdasarkan fakta.
h.
|
i. Pendukungan, dimana proses ini harus mendukung
kearah kemajuan pertumbuhan profesional guru dan peningkatan hasil belajar
siswa.
j. Jejaring, dimana pelaksaan supervisi menggalang
jaringan kerjasama dengan pihak lain yang relevan.
k. Kolaboratif, dimana pelaksaan supervisi sebaiknya
berkolaborasi dengan orang atau lembaga lain.
l. Dapat diuji, dimana hasil pengawas harus mampu
menggambarkan kondisi kebenaran objektif dan siap diuji ulang.
Prinsip-prinsip kepengawasan itu harus dilakukan
dengan tetap memperhatikan kode etik pengawas satuan pendidikan, kode etik yang
dimaksud minimal berisi sebelas hal berikut ini
a.
Supervisor pembelajaran bekerja atas dasar Iman dan taqwa serta mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b.
Supervisor bangga akan tugas yang mengeban tugasnya.
c.
Supervisor pembelajaran memiliki pengabdian yang tinggi dalam menekuni
tugas pokok dan fungsinya.
d.
Supervisor pembelajaran bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas profesinya.
e.
Supervisor pembelajaran menjaga citra dan nama baik profesinya.
f.
Supervisor pembelajaran menjujung tinggi disiplin dan etos kerja dalam
melaksanakan tugas profesinya
g.
Supervisor pembelajaran mampu menampilkan keberadaan dirinya sebagai
supervisor profesional dan kokoh yang diteladani.
h.
Supervisor pembelajaran siap dan
terampil dalam menanggapi dan membantu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi
semua pemangku kepentingan atau sekolah binaannya.
i.
Supervisor pembelajaran memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi,
baik terhadap semua pemangku kepentingan atau sekolah binaanya maupun terhadap
koleganya.
j.
Supervisor pembelajaran tidak membuka rahasia guru yang menjadi
binaanya.
k.
Supervisor pembelajaran tidak merendahkan martabat sejawatnya.
1.10 Tipe-tipe Supervisi Pembelajaran
a.
Tipe inpeksi
Tipe supersior seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model
kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain,
bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi
ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru
dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
b.
Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau
dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut
perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja
bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh
mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
c.
Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi.
Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang
baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi
tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan
untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa
diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang
dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila
supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu
dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
d.
|
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan
bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha
selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari
sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka
mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
e.
Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi
yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada
para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian
masing-masing.
1.11 Teknik Supervisi
Supervisi pembelajaran dapat dilakukan dengan
multipendekatan dan multimode. Sahertian dan Mataheru (1986) membagi teknik
supervisi permbelajaran menjadi dua jenis, yaitu bersifat individual devices dan group devices. Teknik yang bersifat individual
antara lain, kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saking
mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri. Teknik yang bersifat kelompok
antara lain, diskusi panel, laboratorium kurikulum, pembaca terbimbing, dan
lain-lain.
Menurut Evan dan Neagly (1980) pun menyebutkan
teknik supervisi dibagi menjadi teknik individual dan kelompok. Teknik
individual terdiri atas penugasan guru, kunjungan atau observasi kelas,
eksperimentasi kelas, kursus-individual, konferensi-individual, demontrasi
mengajar, evaluasi, bacaan profesional, penulisan profesional, buletin
supervisi, dan kontarak informal. Teknik kelompok antara lain adalah oreantasi
bagi guru baru atau induksi secara kelompok, pengembangan perpustakaan
profesional, saling mengujungi antarguru, musyawarah kerja, dan lain-lain
|
1.12 Pendekatan Supervisi Pembelajaran
Dalam pelaksanaan supervisi, karakteristik guru
yang dihadapi oleh supervisor pasti berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat
dilihat dari sisi usia dan kematangan, pengalaman kerja, motivasi maupun
kemampuan guru. Supervisor harus menerapkan pendekatan yang sesuai dengan
karakteristik guru yang dihadapinya. Apabila tidak sesuai kegiatan
supervisi tidak akan berjalan dengan efektif.
Sergiovani (1982)
mengemukakan pendekatan supervisi, antara lain:
a. Supervisi Ilmiah, bersifat akademik harus dilakukan secara ilmiah.
John D. Mc Neil (1982),
terdapat tiga pandangan mengenai supervisi ilmiah:
1) Supervisi Ilmiah dipandang sebagai kegiatan
supervisi yang dipengaruhi oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia
industri. Kekurangankeberhasilan guru dalam mengajar, harus dilihat dari segi
kejelasan pengaturan serta pedoman kerja yang disusun oleh guru. Kegiatan
mengajar harus dilandasi oleh penelitian, agar dapat dilakukan perbaikan secara
tepat.
2) Supervisi Ilmiah dipandang sebagai penerapan
penelitian ilmiah dan metode pemecahan masalah secara ilmiah bagi penyelesaian
permasalahan yang dihadapi guru di dalam mengajar.
3) Supervisi Ilmiah dipandang sebagai Idiologi
Demokratis.
Setiep
penilaian atau penimbangan terhadap baik buruknya seorang guru dalam mengajar,
harus di dasarkan pada penelitian dan analisis statistik yang ditemukan dalam
penelitian terhadap problem pembelajaran yang dihadapi oleh guru.
|
1)
Logis, tidak menyimpang dari kebenaran rasional yang di terima dan
disepakati bersama.
2)
Sistematis, dilaksanakan secara teratur, berencana dan terus-menerus.
3)
Objektif, berdasarkan observasi nyata.
4)
Acuan teoritis yang jelas, merujuk pada praktik-praktik yang ada.
5)
Metode atau pendekatan tertentu teruji serta pengalaman yang relevan.
6)
Instrumen pencatat yang reliabel sebagai umpan balik atas penilain
terhadap proses pembelajaran di kelas.
7)
Setiap desain tindakan harus dapat dipertanggungjawabkan kebenaran yang
secara ilmiah
b.
Supervisi Artistik
1)
Supervisor harus mampu tampil selayaknya seniman, karena pada tingkat
pelaksanaan banyak unsur seni bekerja yang mewarnai nya.
2)
Elliot W. Eisner (1982), pendekatan supervisi artistik adalah pendekatan yang menekankan pada
sensitivitas, persepsial, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi segala
aspek yang terjadi di kelas.
3)
Supervisor menggunakan bahasa yang ekspresif, puitis serta ada kalanya
metaforik untuk mempengaruhi guru agar melakukan perubahan terhadap apa yang
telah di amati di dalam kelas.
4)
Instrumen utama nya bukanlah alat ukur atau pedoman observasi, melainkan
manusian itu sendiri yang memiliki perasaan terhadap apa yang terjadi.
1.13 Perangkat Supervisi Pembelajaran
a. Supervisor pada tahap
persiapan pembelajaran harus menyiapkan:
1) Program supervisi menurut kalender dan jenis
kegiatan nya
2) Format atau instrumen supervisi, baik test maupun
nontest
3) Materi pembinaan atau supervisi, berupa substansi
dan panduan nya
4) Buku catatan yang memuat hal-hal unik selama
pelaksanaan supervisi
|
6) Tata guna instrumen yang tersedia pada saat
pelaksanaan
7) Dokumen tertulis tindak lanjut, berupa skema
program tindak lanjut yang dituangkan secara tertulis
b. Aspek yang menjadi
fokus dalam melaksanakan supervisi pembelajaran:
1)
Relevansi materi dengan tujuan instruksional
2)
Penguasaan materi
3)
Strategi
4)
Metode
5)
Pengelolaan kelas
6)
Pemberian motivasi pada siswa
7)
Nada dan suara
8)
Penggunaan bahasa
9)
Gaya dan sikap perilaku
1.14 Implementasi Teknik Supervasi
1.14.1 Observasi Kelas
Selama mengobservasi, supervisor memperhatikan
beberapa hal:
a. Persiapan
1) Guru di beri tahu bahwa dia akan di observasi
2) Adanya tolak ukur bersama tentang apa yang di
observasi
b. Sikap observasi di dalam kelas
1) Memberikan salam kepada guru yang mengajar
2) Mencari tempat duduk yang tidak mencolok
3) Tidak boleh menegur kesalahan guru di dalam kelas
4) Mencatat setiap kegiatan
5) Bila ada memakai alat elektronik: tape recorder,
kamera
6)
|
|
c. Membicarakan hasil observasi
1) Fokus percakapan
2) Waktu percakapan
3) Tempat percakapan
4) Sikap ramah simpatik tidak memborong percakapan
5) Percakapan hendaknya tidak keluar dari data
observasi
6) Guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat
7) Kelemahan guru hendaknya menjadi motivasi guru
dalam memperbaiki kelemahan
8) Saran untuk perbaikan di berikan yang mudah dan
praktis
9) Kesepakatan perbaikan di sepakati bersama dengan
menyenangkan
d. Laporan percakapan
1) Hasil pembicaraan di dokumenkan menurut
masing-masing guru yang telah di observasi
2) Isi dokumen di mulai dari tanggal, tujuan data yang
di peroleh, catatan diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran
1.14.2 Saling mengunjungi
Kegiatan
belajar mengajar menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan pembelajaran
antara lain:
1) Untuk tingkat SMP dan SMA adalah musyawarah guru
mata pelajaran (MGMP)
2) Untuk tingkat SD adalah kelompok kegiatan guru
(KKG)
1.14.3 Demonstrasi
Mengajar
1) Dilakukan oleh supervisor yang benar-benar ahli di bidangnya
dan berkinerja baik
2) Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan
mana yang benar dalam praktik mengajar karena mengajar itu untuk sebagian
bersifat seni
3) Demonstrasi mengajar hanya untuk bahan bandingan,
bukan mutlak harus seperti itu
1.14.4 Kaji Tindak /
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Menurut Kemmi (1995), kaji tindak
dirumuskan dalam lima tahap:
1)
Perencanaan
2)
Aksi atau pelaksanaan tindakan
3)
Pengamatan
4)
Evaluasi
5)
Refleksi / umpan balik
Laporan hasil PTK (
PENELITIAN TINDAK KELAS) secara umum dan relatif utuh terdiri dari:
1)
Gagasan umum
2)
Perumusan masalah
3)
Perencanaan pembelajaran yang tergamit dengan PTK
4)
Pelaksanaan pembelajaran yang tergamit dengan PTK
5)
Monitoring
6)
Evaluasi dan refleksi
7)
Saran dan rekomendasi
8)
Laporan lengkap berbentuk buku
9)
Naskah artikel untuk di kirim ke jurnal
|
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Demikian
pemaparan makalah kelompok kami yang bertemakan tentang “Supervisi Pendidikan”.
Dimana di dalamnya menjelaskan tentang definisi, tujuan, fungsi,
prinsip-prinsip serta teknik supervisi pendidikan.
Supervisi
pendidikan adalah Suatu aktivitas pembinaan terencana yang berorientasi kepada
Guru dan Pegawai sekolah Secara efektif . Pada hakekatnya tujuan supervise
adalah memperbaiki atau meningkatkan proses belajar mengajar. Fungsi supervise
dapat disimpulkan sebagi alat untuk menungkatkan kulaitas dan kuantitas kepada
semua pihak yang berhubungan dengannya dan melestarikannya
3.2 SARAN
Penulis mengaharapkan kritikan atau masukan dari pembaca,
baik itu mengenai sistematika penulisan, format penulisan, dan juga ketepatan
materi yang disajikan hal ini diperlukan untuk perbaikan makalah ini sehingga
menjadi sebuah makalah yang benar, baik itu secara sistematika penulisan,
format penulisan dan ketepatan materi
|
DAFTAR PUSTAKA
Danim sudarwan & khairil. 2011.Profesi Kependidikan. Bandung :Alfabeta, cv
|