Kamis, 08 Januari 2015

ANALISIS INTRINSIK & EKSTRINSIK NOVEL "BELENGGU"



TUGAS TENGAH SEMESTER
TELAAH PROSA
BEDAH NOVEL


Dosen Pengampu : Welly Fictoria Tika S.pd
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQSbhjlg04wduOz3L2t1ORrvayuDVpFI5W4-935z8AD1ydtDSay8y2hP_M4

NAMA            : RINI DELMASARI
NPM                : 13020211049


PROGRAM  STUDI BAHASA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TI NGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN
TAHUN 2014













1.        Sinopsis Novel Belenggu



http://1.bp.blogspot.com/-UnSumZuFVDw/TxgKVjWYpaI/AAAAAAAAAOY/yQ28xcK5yjI/s200/novel-belenggu.jpg
Pengarang       : Armijin Pane
Penerbit           : Dian Rakyat
 Tebal Buku    : Original 150 Halaman
Kota terbit       : Jakarta
Cetakan           : kedelapan belas

Diceritakan Sukartono atau kerap dipanggil Tono seorang lelaki yang memilih seorang istri yang bernama Sumartini atau di panggil Tini, menjadi istrinya . namun Tono menikahi Tini hanya atas dasar kecantikan, kepintaran, dan keenergikan Tini saja. Tono beranggapan bahwa wanita yang pantas mendampinginya adalah wanita yang berkarakter seperti Tini. Sayangnya, Tono memilih Tini bukan atas dasar cinta.  Begitu juga dengan Tini, tini sebenarrnya menikah dengan Tono bukan berdasarkan di Mencintai Tono, karena Tini berkeinginan menikah dengan seorang dokter yang bernama Sukartono. Kehidupann rumah tangga mereka sama-sama tidak didasari oleh cinta. Akibatnya,  Rumah tangga yang dibangun bukan atas dasar cinta itu akhirnya tidak bahagia. Kehidupan Tono dan Tini kurang harmonis dan sering terjadi pertengkaran di antara mereka.
Disetiap harinya mereka menyibukan diri mereka masing-masing dengan aktifitas masing-masing. Tini yang ikut dalam organisasi kewanitaan, disibukan dengan berbagai macam kongres dan keiatan, sedangakana Tono sibuk dengan tugasnya sebagai dokter. Tono lebih mencintai profesinya sebagai doketer, daripada kepada Tini sebagai istrinya, bagi Tono pekerjaannya adalah pekerjaan yang mulia. Dia bekerja tanpa mengenal waktu. Jam berapa pun pasien membutuhkannya, dia selalu datang. Itulah sebabnya, ia sangat disenangi para pasiennya. Selain mudah dimintai pertolongan, Tono juga dikenal sebagai dokter yang dermawan karena ia tidak pernah minta bayaran pada pasiennya yang kurang mampu.
Akibat kesibukan Tono dengan pekerjaannya,ia jarang sekali memperhatikan istrinya sendiri. Hal ini sering menjadi pemicu pertengkaran diantara mereka. Tini meraa dikucilkan oleh suaminya sendiri, dan merasa tidak betah hiup dengan kesendirian, walaupun ia memiliki suami. Suatu hari, pasien Tono yang bernama Ny. Eni menelpon Tono. Setelah lama berbincang ternyata Ny. Eni adalah teman lamanya waktu di Bandung dulu, nama aslinya adalah Rohayah.  Didalam percakapannya itu Rohayah menggoda Tono, namun Tono masih menjga sumpahnya sebagai seorang dokter. Hari-hari berikutnya Rohayah sering mendatangi Tono dengan berpura-pura sakit, dan minta untuk dirawat, akhirnya karena bertemu hmpir setiap hari, Tono tidak bisa menahan cintanya terhadap Rohayah. Hubungan mereka kian hari kian mesra, Tono sering mengajak Rohayah ke Tanjung Priok pesiar. Kedekatan Tono dengan Rohayah akhirnya sampai ditelinga ibu-ibu teman Tini, hal ini membuat rumah tangga mereka kian berantakan. Akhimya, lewat telepon, muncul Ny. Eni, pasien Tono. Ketika Tono datang ke hotel tempat Ny. Eni, ia pun mengetahui bahwa Ny. Eni adalah Rohayah, kawan lamanya di Bandung dulu. Dengan caranya Yah menggoda Tono. Tono masih menjaga sumpah jabatannya sebagai dokter. Hari-hari berikutnya ketika Tono merawat Yah yang sebenarnya tidak sakit itu, akhimya ia tak kuasa lagi jatuh cinta.
Ketika Tini pergi ke Solo untuk mengadakan Kongres Perempuan Seumumnya, Tono makin tidak bisa menahan gejolak cintanya terhadap Rohayah. Ia memutuskan untuk tinggal selama seminggu di rumah sewaan Rohayah. Sejak mereka tinggal berdua, mereka mengingat kembali masa-masa lamanya dulu waktu masih di Bandung. Setelah Tono lulus dari sekolah rendah di Bandung, Tono meneruskan sekolah HBS di Surabaya. Sementara Rohaah yang berbeda tiga tahun dalam sekolah itu harus kembali ke Palembang karena akan dikawinkan oleh orang tuanya.
Hubungan mereka kian hari kian mesra. Tono sering mengajak Yah ke Tanjung Priok pesiar. Sikap Yah yang penuh pengertian membuat Tono mabuk. Hubungan Tono dengan Tini semakin meruncing. Apalagi berita itu menyebar di kalangan ibu-ibu teman Tini.
Ketika Tini pergi ke Solo mengadakan Kongres Perempuan Seumumnya, Tono makin gila. Ia memutuskan untuk tinggal selama seminggu di rumah sewaan Yah. Dari pertemuan sebagai suami isteri itu kemudian terungkap kembali kisah lama mereka. Ternyata lelaki yang akan dinikahkan lebih tua dari Rohayah, Rohayah tidak ingin menikah dan akhirnya pergi meninggalkan rumah, dan merantau ke Jakarta. Ketika di Jakarta Rohayah menjadi wanita panggilan dari hotel ke hotel. Kemudian ia menjadi nyai seorang lelaki Belanda di Sukarasa. Hanya selama tiga tahun, kemudian Rohayah meninggalkan suaminya lagi.
Ketika mendengar berita bahwa Tono menjadi dokter di Jakarta, ia pun berusaha menemui Tono. Bagi Tono, Rohayah adalah tempat pelarian, tempat berkeluh, tempat di mana pikiran-pikiran kusut dan kenangan lama yang mati dapat dihidupkan kembali. Rohayah amat berbeda dengan Tini, isterinya. Tono mengatakan bahwa ia tak mungkin lepas lagi dari Rohayah. Ketika itu Tono akan menjadi juri pada perlombaan keroncong di Pasar Gambir. Hartono dan Mardani kawannya semasa sekolah di kota Malang datang berkunjung. Hartono menanyakan isteri Tono, Tono hanya mengatakan bahwa ia sedang ke Solo. Hartono kemudian mengetahui bahwa isteri Tono adalah Tini, seorang gadis yang pemah bersahabat dengannya di Bandung sewaktu ia menjadi mahasiswa Technische Hoogereschool. Secara tidak sengaja, Tini bertemu dengan Hartono ketika Hartono menunggu Tono pulang dari kantor. Pertemuan itu mengungkapkan peristiwa beberapa tahun silam di Bandung.
Tini ternyata bekas kekasih Hartono, bahkan Tini sendiri telah ternoda oleh Hartono. Itulah sebabnya kemudian Tini mau menerima Tono menjadi suaminya, di samping sikap Hartono sendiri yang pengecut membuat surat perpisahan dan mengatakan bahwa setibanya surat itu pada Tini, Hartono telah tiada. Hartono ternyata hanya mengganti namanya menjadi Abdul Humid dan masih duduk dalam organisasi Partindo tempat mereka berdua berkenalan pertama kali. Pada pertemuan itu Hartono masih mengharapkan agar Tini dapat kembali padanya. Namun Tini amat tersinggung pada sikap Hartono. Ia marah dan meminta supaya mereka hidup sendiri-sendiri.
Dilain pihak Tono ertipu lagi oleh sikap Rohayah yang selalu manis didepannya . Siti Hajati seorang penyanyi yang merupakan pujaannya ternyata adalah Rohayah sendiri. Ia amat tidak senang dengan sikap Rohayah yang selalu berpura-pura. Tono beranggapan bahwa Rohayah akan selalu bersikap manis dan merayu laki-laki lain seperti kalau ia bersama dengan Tono. Yah yang terpojok dan merasa tidak dipercaya mengatakan pada Tono bahwa ia sebenarnya amat mencintai Tono namun ia takut apakah hubungan cintanya dapat langgeng. Ia merasa tidak seimbang mendapatkan Tono, itulah problem kejiwaannya.
Sebenarnya sebelum menikah Tono telah mengetahui bahwa Tini telah ternnoda oleh. Ia juga tahu bahwa ketika Tini menerimanya sebagai suami tidak berdasarkan cinta. Tono mau menerima Tini karena kekagumannya pada kecantikan Tini. Namun ia tidak pemah mengetahui siapa laki-laki yang menodai Tini. Pikiran-pikiran yang menyebar itu menyebabkan ia dapat memaklumi keadaan Rohayah. Ia pun menerima alasan Rohayah.
Suatu ketika paman Tini datang hendak mendamaikan pertengkaran Tini dengan Tono. Namun usaha itu sia-sia. Baik Tono maupun Tini tidak dapat rukun kembali. Tini yang sudah mengetahui hubungan gelap Tono dengan Rohayah berkeinginan untuk menemui dan mendamprat Rohayah. Bertemulah Tini dengan Rohayah di sebuah hotel. Keinginan Tini untuk memaki-maki Rohayah yang telah menggoda suaminya akhirnya luluh begitu Tini bertemu dengan Rohayah. Karena melihat sikap Rohayah yang  lemah lembut dan sangat perhatian. Tini merasa malu dengan Yah, lebih-lebih ternyata Rohayah banyak tahu masa lalu Tini yang gelap. Tini menyesal bahwa selama ini ia kurang memberi perhatian pada Tono. Ia bukan istri yang baik. Ia tidak pernah memberikan kasih sayang yang tulus kepada Tono suaminya.
Peristiwa di hotel itu membuat Tini sadar diri. Ia merasa gagal menjadi seorang istri. Akhimya, Tini memutuskan untuk bercerai dengan suaminya. Bahkan ia berharap agar Rohayah bersedia menjadi isteri Tono. Niat ini disampaikan kepada Tono. Kenyataan ini juga membuat Tono tersadar. Ia berharap Tini masih mau menjadi istrinya. Tetapi tekad Tini sudah bulat. Perceraian tidak dapat dihindari lagi.Akibat perceraian ini hati Tono amat sedih. Lebih sedih lagi ketika Tono menghadapi kenyataan bahwa Rohayah telah pula meninggalkan dirinya. Yang dijumpai Tono hanyalah sepucuk surat dan sebuah piringan hitam lagu-lagu Siti Hayati yang tak lain adalah Rohayah sendiri. Rohayah yang menyatakan betapa ia sangat mencintai Tono, tetapi ia tidak ingin merusak rumah tangganya. Untuk itu, Rohayah telah meninggalkan tanah air pergi dan ke New Caledonia. Sedangkan Tini saat ini sudah berada di Surabaya, mengabdikan dirinya di sebuah panti asuhan yatim piatu.
2.        Unsur Intrinsik
a.       Tema
Tema yang tergolong dalam novel belenggu ini adalah tema tradisional yang mana hal-hal yang dianggap otomatis terjadi sendiri dimasyarakat. Dan tema novel belenggu ini adalah “ perselingkuhan mengundang perpisahan”
b.      Alur
Alurnya campuran karena disaat pengenalan konflik, tokoh dokter tono dan yah teringat kepada masa lalu mereka, Sebegai contoh pada saaat Kartono berada dikamar Rohayah, di situ Kartono mencoba mengingat kembali masa-masa dia bersama Yah waktu dulu.
Jalan cerita
a) Tahap Perkenalan
Tahap perkenalan dimulai dengan pengenalan tokoh- tokohnya. Dokter Sukartono (Tono), seorang dokter yang sangat mencintai pekerjaannya dan seorang dokter yang profesional karena giat dalam bekerja dan ramah kepada pasien- pasiennya. Dia menikah dengan seorang gadis cantik bernama Sumartini (Tini). Tetapi rumah tangganya tidak harmonis karena sering beradu mulut. Dokter Sukartono sibuk dengan pekerjaannya, sementara Sumartini hanya menjaga telpon dan menulis blocnote jika ada pasien yang meminta pertolongan suaminya. Dikenalkan juga tokoh Rohayah seorang wanita yang merupakan korban kawin paksa dan dia menjadi wanita panggilan. (halaman 17-18)
b) Tahap Perumitan
Dimulai saat Rohayah berpura-pura sakit. Pada awalnya Rohayah terkenal dengan sebutan Ny. Eni, karena ingin bertemu dengan Tono, dia berpura-pura sakit dan meminta Dr. Sukartono untuk memeriksanya. Saat itu Yah tinggal di sebuh hotel dan Dr. Sukartono pun datang menemui dan memeriksa Ny. Eni. Hubungan mereka semakin dekat setelah mereka semakin mengakrabkan diri satu sama lain, mulailah tumbuh perasaan cinta pada diri Tono. Sebenarnya Rohayah sudah mengenali Tono, karena Tono adalah tetangganya di Bandung dan kaka kelasnya, bahkan rohayah telah memendam perasaan pada Tono tetapi Yah tidak dapat mengungkapkannya. Tono tidak mengetahui bahwa Yah adalah temannya. Namun akhirnya Yah memberi tahu yang sesungguhnya kepada Tono, sehingga membuat tono dan yah mengingat persahabatannya dimasa lalu.semejak itu semakin hari hubungan mereka semakin dekat, bahkan Tono sering menemui Yah, sekali-sekali Yah di ajak jalan-jalan ke pantai. Di saat itu pula hubungan antara Tono dan Tini istrinya semakin renggang. Tono semakin jarang berada di rumah. Tini tidak mengerti mengapa Tono dapat berubah secapat itu kepadanya.  (halaman 18-78)
c) Tahap Klimaks (Puncak Ketegangan)
 Tahap ini dimulai ketika Tono semakin yakin bahwa Yah dapat memberikan kasih sayang yang sesungguhnya yang selama ini tidak ia dapatkan dari istrinya sendiri. Ketika Tono merasa kahilangan keterntraman dalam rumah tangganya dengan Tini dan saat ia bertengkar dengan istrinya, Tono semakin sering mengunjungi Yah. Dia mulai merasakan tempat tinggal Yah sebagia tempat tingglnya yang kedua. Lama kelamaan hubungan Yah diketahui oleh Tini yang tak lain adalah istrinya Tono. Hati Sumartini sangat geram ketika mengetahui hubungan gelap suaminya dengan   Yah. Dia ingin melabrak wanita tersebut. Secara diam-diam Suamrtini pergi ke hotel tempat tinggal Yah. Kepergiannya itu membawa kekesalan yang mendalam kepada Yah. Dia berniat ingin mencaci maki Yah karena ia sangar kesal kepad Yah. (halaman 130)
d) Tahap Peleraian
     Peleraian dimulai ketika Tini bertatap muka dengan Yah. Perasaan dendamnya menjadi luluh, kebencian dan nafsu amarahnya tiba-tiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagi wanita panggilan ternyata mamilki sifat yang lembut dan ramah. Tini  merasa malu pada Yah. Tini merasa bahwa selama ini dia telah banyak bersalah pada suaminya, dia tidak dapat berlaku seperti Yah, sikap Yah sangat didambakan oleh Tono dan selama ini Tini tidak bisa bersiakp seperti itu kepada Tono. Sepulangnya dari hotel, Tini mulai berintropeksi kepada dirinya sendiri. Dia sangat merasa bersalah kepada suaminya dan ia menyadari bahwa dia belum bisa menjadi istri yang baik bagi Tono. Tini merasa telah gagal menjadi seorang istri. (halaman 133- 136)
e) Tahap Penyelesaian
Tahapan akhir dari novel Belenggu ketika Tini memutuskan  untuk berpisah dengan suaminya. Pada awalnya  Tono tidak mau mengabulkan  permintaan Tini, karena apapun yang terjadi dalam rumah tangga mereka, Tono tidak mengharapkan terjadinya perceraian di antara mereka. Tono meminta maaf kepada istrinya dan berjanji untuk merubah sikapnya itu. Namun Tini menegaskan bahwa keputusannya sudah bulat. Akhirnya mereka sepakat untuk bercerai.
Hati Tono sangat sakit akibat perceraian tersebut. Hatinya bertambah sedih saat mengetahui bahwa Yah telah meninggalkan hotelnya. Yah meninggalkan sebuah palt gramofoon yang berisi suaranya sendiri sebagai lagu kenang-kenangan kepada Tono. Tono dan Tini akhirnya berpisah, mereka tidak dapat mempertahankan kehidupan rumah tangganya dan Yah pun pergi ke Nieuw Caledonie meninggalkan Tono, orang yang dicintainya itu. (halaman 136-150)
Jika dilihat dari cara pengarang mengakhiri cerita, Belenggu termasuk ke dalam plot tertutup karena berakhir dengan sebuah kepastian.
c.       Tokoh
Tokoh dalam cerita novel belenggu ini adalah
1)      Dokter Sukartono (Tono)
2)      Sumartini (Tini)
3)      Siti Rohayah (Yah)
4)      Nyonya sutatmo
5)      Nyonya sumarjo
6)   Nyoya Padma
7)      Putri Aminah
8)      Nyonya Rusdio
9)      Karno
10)   Hartono
11)  Mangunsucipto
12)  Abdul
13)  Mardani
Jenis Tokoh
Tokoh merupakan bagian struktural fiksi yang melahirkan sebuah peristiwa. Berkut ini adalah tokoh-tokoh dalam novel belenggu beserta pengklasifikasiaan tokohnya.
1)      Dokter Sukartono (Tono)
Tono merupakan tokoh sentral atau tokoh utama, karena tokoh ini mengambil bagian terbesar peristiwa. Dan merupakan tokoh penting dalam novel belenggu, serta tokoh ini sering ditampikan dan mendominasi cerita dalam novel belenggu ini. Tokoh ini juga sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan.
2)      Sumartini (Tini)
Tini juga termasuk tokoh sentral, karena Tini juga mengambil bagian terbesar peristiwa dalam novel belenggu. Tini juga termasuk tokoh penting dalam cerita karena tini juga mendominasi cerita dalam novel ini.
3)      Siti Rohayah (Yah)
Seperti halnya Tono dan Tini, Yah juga merupakan tokoh sentral yang mendominasi cerita dlam novel belenggu ini, Yah juga termasuk tokoh penting dalam cerita karena tokoh ini mengambil bagian terbesar peristiwa.
4)      Nyonya sutatmo
Nyonya Sutatmo merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
5) Nyoya Sumarjo
Nyonya Sumarjo merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
6) Nyonya Padma
Nyonya Padma merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
7) Putri Aminah
Putri Aminah juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
8)      Nyonya Rusdio
Nyonya Rusdio juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
9)      Karno
Karno juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
10)      Hartono
Hartono juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
11)      Mangunsucipto
Mangunsucipto juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
12)  Abdul
Abdul juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
13)  Mardani
Mardani juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama

d.      Penokohan
Penokohan atau karakterisasi sering juga disamakan artinya    dengan karakter dan perwatakan, yakni menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (1998:165). Sebagain tokoh – tokoh karya fiksi adalah tokoh – tokoh rekaan yang dimaksud tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami cerita kendati berupa rekan atau hasil imajinasi pengarang, masalah penokohan tidak bisa dipisahkan dari suatu karya sastra dan merupakan suatu bagian yang penting dalam membangun sebuah cerita (Nurgiyantoro,1994:66). Adapun watak tokoh atau penokohan dalam novel belenggu, yaitu sebagai berikut:
1)      Dokter Sukartono (Tono) ; seorang dokter yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Dia terkenal dokter yang dermawan dan penolong. Dia termasuk seorang yang sangat mencintai pekerjaannya. Berikut penggalan ceritanya.
Kata orang: “dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar, dia lupa mengirim rekening.”
“tetapi,” kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam, suka juga.” Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, berikut penggalan ceritanya. Pikiran kawan-kawannya akan terkabul, Sukartono akan patah di tengah jalan, kalau pada suatu ketika tiada surat dari saudaranya, mengatakan nakanya masih bayak yang perlu juga diteruskan pelajarannya, karena dia tahu, lebih bijaksana kalau perasaan tanggung jawab Sukartono disinggung. Memang perasaan tanggung jawab keras padanya.
2)      Sumartini (Tini) ; perempuan modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena bebas bergaul. Dia selalu merana kesepian karena kesibukan suaminya yang tak kenal waktu dalam mengobati orang sakit sehingga melupakan dan membiarkannya dirumah seorang diri.
Watak tini pemarah, seperti tercermin dalam penggalan cerita berikut:
Karno tiada suka akan Tini, sebab tini marah-marah saja, karena kesalahan yang kecil-keci sekalipun, bahkan kerap kali tiada salahnya sama sekali. Tini merupakan wanita yang berparas cantik, memiiki bentuk tubuh yang ramping langsir, seperti yang tercermin dalam penggalan cerita berikut. Sukartono terkejut, memandang ke arah istrinya, tetapi ia sudah berpaling lagi, menuju ke kamar tidur. Menyala-nyala dalam hatinya, hendak terhambur kata marah dari mulutnya.... ah, alangkah cantiknya, ramping langsir, sikapnya menantang demikian itu. (halaman 19)
3)      Siti Rohayah (Yah) ; perempuan yang harus menjalankan kawin paksa. Dia merasa frustasi, sehingga terjerumus kelembah kemistaan. Dia teman dokter sukarno yang secara diam-diam mencintainya.
Siti Rohayah adalah wanita nakal, berikut penggalan cerita yang menggambarkan bahwa Yah adalah wanita nakal. Perempun itu mengigit bibir, seolah-olah kecewa, ketika tangan Sukartono menutupkan kimononya, sambil kata Sukartono dengan pendek saja: “tidak perlu nyonya buka.”
4) Nyonya sutatsomo
Watak nyonya sutat somo adalah pembela, mengalah (dengan nyonya sumarjo yang mengatai dokter tono)
5) Nyonya Sumarjo
Watak Nyonya Sumarjo adalah watak yang suka menyindir dan sangat ketus hal ini terdapat dalam penggalan cerita sekali-kali nyonya sumarjo menyindir “istri tuan sungguh pandai main. Mengapa tuan tiada turut main?
6) Nyonya Padma
Watak nyonya Padma adalah peka terhadap lingkungan dan juga perasaan orang lain . takut menyinggung perasaan orang lain . hal ini terbukti didalam penggalan cerita “dengan segera dijawab oleh nyonya padma, yang merasa lega
7) Putri Aminah
Putri Aminah adalah orang yang suka berolok-olok, selalu ingin mengetahui urusan orang lain, seperti nampak pada penggalan crita berikut. Putri Aminah tertarik pula hatinya hendak berolok-olok, barangkali juga hendak mengulangi hal yang tadi, suka hedak tah, mengapa Tini, kawannya itu demikian. Rahasia yang tersembunyi: “benar-benarlah engkau dokter sejati. Cuma penyakit saja engkau perhatikan. Tidak baca koran rupanya.
8) Nyonya Rusdio
Watak nyonya rusdio yaitu bahwa dia adalah seorang yang pandai mencairkan suasana, seperti nampak pada penggalan cerita berikut ini.
Sejurus kemudian percakapan dialihkan perlahan-lahan oleh nyonya Rusdio, seolah-olah menyingkapkan awam mendung, supaya terang cuaca.
9) Karno
Karno adalah pembantu dokter Sukartono yang amat sangat patuh terhadap perintah tuannya, seperti nampak pada penggalan  cerita berikut.
Karno, bujangnya, masuk membawa valies tempat perkakas doketer Sukartono
10) Hartono
Watak hartono adalah baik hati, dia adalah mantan kekasih Tini yang ternyata adalah teman dekat Tono. Dan dia orang yang care dengan temannya hal ini terbukti dalam cerita bahwa dulu semasa sekolah Hartono adalah tempat berbagi cerita dan keluh kesah Tono.
11) Mangunsucipto
Watak mangunsucipto adalah  baik hati, dewasa, sosok pembimbing dan penengah dalam rumah tangga Tono dan Tini.
12) Abdul
Abdul adalah watak yang setia dan rajin hal ini terbukti dalam cerita bahwa dia adalah supir yang senantiasa mengikuti perintah dokter tono
13) Mardani
Mardani adalah orang yang  baik hait pengertian dan juga orang yang tidak suka mencampuri urusan orang ,hal ini terbukti dalam penggalan cerita bahwa mardani memberi hartono enumpang dirumahnya. Dan juga dia paparkan secara langsung “memang mardani tidak suka mencampuri perkara orang”
 Penyampain Tokoh
Teknik penyajian tokoh yaitu dengan menggunakan metode analitik dan dramatik karena di dalam roman belenggu karya armijn pane pengarang mendeskripsikan karakter tokoh melalui pendeskripsian secara langsung dan tidak langsung. Berikut penggalan cerita yang menggambarkan bahwa metode penyampain watak tokoh melalui metode analitik.
1)      Pikiran kawan-kawannya akan terkabul, Sukartono akan patah di tengah jalan, kalau pada suatu ketika tiada surat dari saudaranya, mengatakan nakanya masih bayak yang perlu juga diteruskan pelajarannya, karena dia tahu, lebih bijaksana kalau perasaan tanggung jawab Sukartono disinggung. Memang perasaan tanggung jawab keras padanya.
2)      Sukartono terkejut, memandang ke arah istrinya, tetapi ia sudah berpaling lagi, menuju ke kamar tidur. Menyala-nyala dalam hatinya, hendak terhambur kata marah dari mulutnya.... ah, alangkah cantiknya, ramping langsir, sikapnya menantang demikian itu.
Sedangkan berikut ini adalah penggalan cerita yang menggambarkan bahwa metode penyampaian watak tokoh melalui metode dramatik.
1)      Perempun itu mengigit bibir, seolah-olah kecewa, ketika tangan Sukartono menutupkan kimononya, sambil kata Sukartono dengan pendek saja: “tidak perlu nyonya buka.”
2)      Kata orang: “dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar, dia lupa mengirim rekening.”
3)      “tetapi,” kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam, suka juga.”
e.  latar
 1. Latar tempat :
-Dirumah Kartono, sebagai contoh terdapat pada : Seperti biasa, setibanya dirumah lagi, dokter Sukartono terus saja menghampiri meja kecil, di ruang tengah, dibawah tempat telepon.
-Dihotel, sebagai contoh terdapat pada : Dokter Sukartono diam saja sejurus memandang ke arah hotel itu, dia merasa heran sedikit. “Masuk saja ke pekarangan, tuan dokter?” “Masuklah,” kata Sukartono dengan agak bimbang. Ketika mobil berhenti disisi tangga, seorang orang yang berpakaian uniform berdiri disisi mobil, sambil mengangguk. “Ini nomor 45?” tanya Abdul, lalu keluar. “Benar, nyonya Eni sudah menunggu.”
-Dirumah Rohayah, sebagai contoh terdapat pada : Sehabis payah praktijk, Kartono biasalah pergi kerumahnya yang kedua akan melepaskan lelah. Pikirannya tenang kalau disana.Disanalah pula dia acapkali membaca majalah dan bukunya yang perlu dibaca, sedang Yah lagi asyik merenda.
-Di tepi pantai di Priok, sebagai contoh terdapat pada : Entah bagaimana, dia sampai juga dengan selamat di tepi pantai di Priok. Dia terbangun oleh desir ombak. Bulan tiada bersinar diatas gelombang.Terang-terang gelap diatas air.
-Di Bazaar, sebagai contoh terdapat pada : Sudah pukul delapan malam.Bazaar sudah dibuka tadi pukul tujuh oleh nyonya Sumarjo dengan pidato yang ringkas dan tepat.
-Di gedung Concours, Pasar Gambir, sebagai contoh terdapat pada : Begitu juga Tono.Malam itu dia menjadi jury concours kroncong perempuan.Sesampainya didalam gedung, concours sudah hendak mulai.Baik diluar, maupun didalam penuh sesak dengan penonton.
2. Latar waktu :
- Malam hari, sebagai contoh terdapat pada :(1) Sukartono duduk membaca, lampu meja disebelah kirinya, terang diatas buku itu, mukanya sendiri gelap.Dul baru keluar, baru minta permisi pulang.Hari sudah pukul Sembilan malam. (2) “Sudah pukul delapan malam. Bazaar sudah dibuka tadi pukul tujuh oleh nyonya Sumarjo dengan pidato yang ringkas dan tepat.”
Tiba-tiba kedengaran suara mobil berhenti di pekarangan muka.
- Waktu masih menuntut pelajaran di sekolah Geneeskundige Hooge School di Betawi,tiada sedikit kawan-kawan dokter Sukartono yang memastikan, dia tiada akan sampai ke ujian penghabisan. Dia tidak cakap jadi dokter, terlalu suka akan lagu, akan seni: pikirannya terlalau banyak terlalai,
 - ...hari sudah pukul sembilan malam. Sekali-sekali melintas dengan cepat di jalan di muka rumah, suaranya masuk melintas dari jendela yang masih terbuka.
-Sejak tadi pagi bekerja keras, pulang cua sebentar saja untuk bertukar pakaian.
-Auto dokter Sukartono melancar di tengah malam itu juga, seolah-olah menggambarkan kerusuhan dalam hatinya, seolah-olah anak takut kepada bayang-bayangnya sendiri.
3. Latar suasana :
-Jengkel, sebagai contoh terdapat pada :
Dihampirinya isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat: “Aku pergi…..” Itu saja yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi. Pergi, pergi, buat apa dikatakannya, hendak menjengkelkan hatiku saja.
-Sedih, penuh penyesalan, sebagai contoh terdapat pada : Sesuaikah pikirannya dengan Aminah dan lain-lainnya? Ah,peduli apa. Bukan sudah….. tidak, tidak, melawan dalam pikirannya, kami belum berpisah…… kalimat itu berulang-ulang dalam pikirannya, air matanya titik, membasahi bantal……. Lama kelamaan dia tertidur.
-Marah, sebagai contoh terdapat pada : “Suaramu palsu Yah, seperti didalam hatimu juga bohong belaka.Sangkaku engkau jujur, engkau tidak main tonil. Ah, tapi kamu perempuan semuanya pemain tonil. Tidak ada yang benar, yang jujur pada tubuhmu, dalam hatimu………”
f. Sudut Pandang (Point Of View)

ke-tiga. Pengarang menggunakan nama orang sebagai pelakunya, tidak menggunakan kata aku sebagai tokoh. Dalam arti lain, pengarang menceritakan kehidupan tokoh lain, bukan sebagai dirinya sendiri. Pengarang tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langung di dalam cerita itu.




g. Gaya Bahasa
1. Majas
-Personifikasi
Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Atau yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup
• Matanya tetap melihat pada satu tempat saja, karena perhatiannya seolah-olah meraba-raba dalam pikirannya.
• Tiada tampak oleh Sukartono cahaya tanda girang yang mengerlip dalam mata perempuan itu.
• “…. Hatinya hendak membacanya, hendak membaca olokannya,….”
• Karena itu terbit ingin hatinya menduga hati perempuan itu
• Tiada kuketahui, timbul juga namamu dengan tiada kuketahui, karena bayang-bayangan ingatan yang tergambar pada air mukamu
• Kalau engkau mengenal aku dahulu, benar-benar kenal, bukan kenal-kenal saja, engkaupun tahu, mestilah tahu,…. didalam hatiku dingin, seperti es.
• Didalam hati Kartono terbit lagi keinginan menggenggam tangan jiwanya, memegang jiwa yang menggelepar-gelepar itu kuat-kuat jangan jatuh kedalam air.
• Dia merasa bimbang, pertanyaan yang demikian kerap kali terbit dalam pikirannya.
• “Tini gunung berapi yang banyak tingkah! Penyakit yang banyak complicate.”
• “Tumbuh didalam hatinya keinginan hendak memegang tangan Yah, hendak memandangnya dalam matanya, yang riang beriak-riak,….”
• Yah terkejut melihat mukanya yang gelap itu.
• Air muka ini akan serasa-rasa terperas karena merasa sedih.
-Metafora
Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama
• Ingatannya melayang lagi kerumah yang baru dikunjunginya. Perempuan tambun, tegap sikapnya, dikepalanya seolah-olah kembang melati putih, karena rambutnya yang sudah beruban itu.
• “….Mengapa….,” Sukartono tiada meneruskan pertanyaan itu, karena tiba-tiba dalam pikirannya seolah-olah fajar menyinsing.
• Tono, engkau bimbang. Zaman dahulu hendak kau ketahui juga. Tono, tidak semua zaman dahulu merusuhkan hati, tidak semua tiada baik diingat, tapi ada jua yang seolah-olah bintang pagi bersinar-sinar dalam hati.
• “…. Karena teringat akan zaman dahulu teringat akan kasih sayang lama, ibarat tertampung oleh tangan ingatan zaman dahulu itu.”
Persahabatan kita tiada sempat berputik, menjadi bunga, berkembangkan kasih sayang.
• “…. Yang sambil memanah hatinya sendiri, tetapi tiada diketahui oleh Aminah, tiada maklum panah itu bertimbal balik.
• Kartono melihat sikap Tini menggerendeng pula, seolah-olah harimau tertangkap, maka hatinya makin tenang.
• ”Bukan, aku tiada berubah, engkau yang tiada pernah mengenal aku.”Memang Tini susah diduga. Licin sebagai belut.
• Selalu saja tinggi hati; seperti batu karang meninggi di tepi pantai, berbahaya bagi kapal menghampirinya.
• Kata Yah sejuk lembut, masuk dalam hati Kartono, sebagai air seteguk menghilangkan haus, tetapi hausnya belum juga hilang sama sekali.
• Terdengar kepada Tono lagu pembuka, bagai air meriak, membuka simpulan dalam pikirannya, tiba-tiba terdengar suara.
• “Jujur katamu? Kejujuran bohong. Bidadari ialah setan, setan ialah bidadari….. engkau, siapakah engkau?” Yah tersenyum, karena mendengar lagu suara Tono sudah berubah. Katanya: “Bidadari….. untuk engkau….. setan bagi orang lain.”
-Hiperbola
Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.ah mencapai langit
• “Sukartono terkejut, memandang kearah isterinya, tetapi ia sudah berpaling lagi, menuju ke kamar tidur. Menyala-nyala dalam hatinya, hendak terhambur kata marah dari mulutnya….. ”
• Didalam kamar sudah tiada tahan lagi, serasa sempit, meskipun kamarnya itu masuk kamar yang terbesar dalam hotel itu.
• “Hilanglah mimpiku, jatuhlah aku lagi ke lembah…….. ke lembah kebenaran hidupku dahulu. Ingatlah mereka yang putus asa di Priok? Demikianlah nanti hidupku, lama kelamaan kami menjadi demikian. Barang lama turun harga, tiap-tiap tahun dating model baru.” Katanya dengan masam.
• “…. Karena, Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda?”
• “Air mata yang membendung hatiku telah mengalir…… tidakah engkau ingat Rohayah?”
Tertimbun oleh ingatan akan gadis-gadis yang ribuan banyaknya.
• Kalau dicobanya menduga lebih dalam, jalan pikirannya tertumbuk, seperti cintanya tertumbuk batu karang, pada besi…… pada lapisan es yang terlingkup pada hati jiwa Tini.
• Tetapi sekarang yu, sudah tiba waktunya. Kalau mesti aku rela binasa.
• Kedua belah tangannya memegang stir mobilnya dengan keras, badannya membungkuk, mobil melancar, kerusuhan jiwanya seolah-olah mengalir ke roda mobil, memutar roda biar cepat secepatnya.
Pikirannya seolah-olah tertutup, seolah-olah pikirannya hilang, sebagai dalam mimpi, didalam hatinya seolah-olah meluas, memadamkan pikiran….. Tiada lagi suara didalam hatinya, tiada lagi suara lain dari suara luar, lain dari pada suara kekasihnya itu.
-Ironi
 Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
• Sekarang banyak yang cemburu melihat prakteknya maju, disegani lagi disukai orang. Kata orang: “Dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar, dia lupa mengirim rekening.”
“Tetapi ,” kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam,suka juga.”
• “Ada apa, sebanyak ini tamu kami sekali ini?” “Bukankah biasa menerima tamu banyak-banyak?” kata puteri Aminah berolok-olok.“Bukankah lebih banyak tamu, lebih senang?”
• “Mengapa?” tanya Mardani.                            
“Bukan tingkahnya hendak menarik mata laki-laki saja?”
Mardani tersenyum, merasa puteri Kartini cemburu. Katanya, hendak berolok-olok: “Ah bukanlah salahnya kalau mata laki-laki tertarik. Memang sudah dasarnya…….” “Itulah yang tiada baik itu, sudah dasarnya!”
• “Bukan sudah kukatakan dahulu, kalau dia masih dihinggapi penyakit seni, tentu tiada akan menjadi dokter. Sekarang penyakitnya itu sudah sembuh.”
“Sejak kapan tuan dokter Sukartono mata duitan?”
“Kami tiada lama lagi, lekas-lekaslah pulang mengawani Tini.”
“… Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda?”
“Jangan terlalu rajin, Tini, nanti Kartono marah.”
• “Coba angan-angankan, jiwa digantung! Mari tuan-tuan, nyonya, disini ada jiwa digantung.”
“Sipatmu tidak dapat berubah, kerbau suka juga kepada kubangan. Dalam lumpur tempatmu, kembalilah engkau ke sana.”
• “Mana perempuan yang baik-baik, suka berkenalan dengan perempuan seperti engkau?”
h. amanat
amanat didalam novel ini tergolong tema implinsit yang mana amanat tidak ditulis atau dipaparkan secara langsung oleh pengarang dalam sebuah cerita sehingga pembaca perlu berpikir lagi memahami sebuah cerita sehingga menemukan sendiri amanat yang terkandung dalam sebuah cerita . adapun amanat yang terkandung dalam novel ini yaitu:
• Dalam sebuah hubungan percintaan kita dituntut untuk saling menghormati dalam perselisihan dan perang kata, kita harus bisa lebih menahan diri dari pasangan kita.
• Bagi Isteri hormati dan layanilah Suami dengan tulus dan ikhlas jangan terpaksa dan lebih mengedepankan ego.
• Tidak pantaslah jika seorang isteri pergi sesuka hati tanpa izin dan sepengetahuan suami.
• Tolong-menolong dan saling berbagi dengan sesama harus dikedepankan untuk kerukunan bersama.
• Sikap saling percaya, sabar, dan saling menghargai bisa menjadi pencegah perselingkuhan.
• Seorang isteri tidak boleh melupakan tugas utamanya dalam keluarga dan selalu sibuk dengan pekerjaan luarnya, begitu juga seorang suami harus selalu mengedepankan kepentingan keluarga di banding kepentingan pekerjaan atau kepentingan lainnya.
• Seorang perempuan harus bisa menjaga diri dan tidak terbawa arus globalisasi yang semakin pesat.
• Sebaiknya jangan suka menggunjing apalagi masalah rumah tangga orang lain.
• Seharusnya dalam kehidupan berumah tangga harus didasari rasa cinta antar pasangan
3.      Unsur Ekstrinsik
a.     Adat  :
Jika suami pulang kerja, hendaknya istri menyambutnya, mempersilakan duduk, menganggalkan sepatunya.
b.     Etika :
Kartono, seorang dokter yang selalu ramah kepada setiap pasiennya.
4.      Kelemahan dan kelebihan novel Belenggu
a.       Baik
Novel ini mengajarkan kita untuk rela berbagi dan berkorban untuk orang lain. Dan yang membuat menarik dari novel ini adalah permainan perasaan pengarangnya dan juga diperkaya dengan suguhan puisi pengarang semakin mengindahkan karya disamaping kata-kata diksi yang indah . Dan novel ini merupakan peralihan bahasa Melayu modern ke bahasa Indonesia.


b.       Buruk
Novel Belenggu adalah imitasi dari roman barat, karena banyak menggunakan bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Bagi yang sudah biasa dengan bentuk buku roman barat modern pasti mengerti maksud dari pengarang. Tetapi bagaimana mereka yang tidak mengerti bahasa belanda, mereka kesulitan untuk memahami jalan cerita apalagi untuk pembaca pemula.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar