TUGAS TENGAH
SEMESTER
TELAAH PROSA
BEDAH NOVEL
Dosen Pengampu : Welly Fictoria Tika
S.pd
NAMA
: RINI DELMASARI
NPM : 13020211049
PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TI NGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN
PENDIDIKAN MERANGIN
TAHUN 2014
1.
Sinopsis Novel
Belenggu
Pengarang : Armijin Pane
Penerbit
: Dian Rakyat
Tebal Buku : Original 150
Halaman
Kota terbit : Jakarta
Cetakan : kedelapan belas
Diceritakan
Sukartono atau kerap dipanggil Tono seorang lelaki yang memilih seorang istri
yang bernama Sumartini atau di panggil Tini, menjadi istrinya . namun Tono
menikahi Tini hanya atas dasar kecantikan, kepintaran, dan keenergikan Tini
saja. Tono beranggapan bahwa wanita yang pantas mendampinginya adalah wanita
yang berkarakter seperti Tini. Sayangnya, Tono memilih Tini bukan atas dasar
cinta. Begitu juga dengan Tini, tini sebenarrnya menikah dengan Tono
bukan berdasarkan di Mencintai Tono, karena Tini berkeinginan menikah dengan
seorang dokter yang bernama Sukartono. Kehidupann rumah tangga mereka sama-sama
tidak didasari oleh cinta. Akibatnya, Rumah tangga yang dibangun bukan
atas dasar cinta itu akhirnya tidak bahagia. Kehidupan Tono dan Tini kurang
harmonis dan sering terjadi pertengkaran di antara mereka.
Disetiap
harinya mereka menyibukan diri mereka masing-masing dengan aktifitas masing-masing.
Tini yang ikut dalam organisasi kewanitaan, disibukan dengan berbagai macam
kongres dan keiatan, sedangakana Tono sibuk dengan tugasnya sebagai dokter.
Tono lebih mencintai profesinya sebagai doketer, daripada kepada Tini sebagai
istrinya, bagi Tono pekerjaannya adalah pekerjaan yang mulia. Dia bekerja tanpa
mengenal waktu. Jam berapa pun pasien membutuhkannya, dia selalu datang. Itulah
sebabnya, ia sangat disenangi para pasiennya. Selain mudah dimintai
pertolongan, Tono juga dikenal sebagai dokter yang dermawan karena ia tidak
pernah minta bayaran pada pasiennya yang kurang mampu.
Akibat
kesibukan Tono dengan pekerjaannya,ia jarang sekali memperhatikan istrinya
sendiri. Hal ini sering menjadi pemicu pertengkaran diantara mereka. Tini meraa
dikucilkan oleh suaminya sendiri, dan merasa tidak betah hiup dengan
kesendirian, walaupun ia memiliki suami. Suatu hari, pasien Tono yang bernama
Ny. Eni menelpon Tono. Setelah lama berbincang ternyata Ny. Eni adalah teman
lamanya waktu di Bandung dulu, nama aslinya adalah Rohayah. Didalam
percakapannya itu Rohayah menggoda Tono, namun Tono masih menjga sumpahnya
sebagai seorang dokter. Hari-hari berikutnya Rohayah sering mendatangi Tono
dengan berpura-pura sakit, dan minta untuk dirawat, akhirnya karena bertemu
hmpir setiap hari, Tono tidak bisa menahan cintanya terhadap Rohayah. Hubungan
mereka kian hari kian mesra, Tono sering mengajak Rohayah ke Tanjung Priok
pesiar. Kedekatan Tono dengan Rohayah akhirnya sampai ditelinga ibu-ibu teman
Tini, hal ini membuat rumah tangga mereka kian berantakan. Akhimya, lewat
telepon, muncul Ny. Eni, pasien Tono. Ketika Tono datang ke hotel tempat Ny.
Eni, ia pun mengetahui bahwa Ny. Eni adalah Rohayah, kawan lamanya di Bandung
dulu. Dengan caranya Yah menggoda Tono. Tono masih menjaga sumpah jabatannya
sebagai dokter. Hari-hari berikutnya ketika Tono merawat Yah yang sebenarnya
tidak sakit itu, akhimya ia tak kuasa lagi jatuh cinta.
Ketika
Tini pergi ke Solo untuk mengadakan Kongres Perempuan Seumumnya, Tono makin
tidak bisa menahan gejolak cintanya terhadap Rohayah. Ia memutuskan untuk
tinggal selama seminggu di rumah sewaan Rohayah. Sejak mereka tinggal berdua,
mereka mengingat kembali masa-masa lamanya dulu waktu masih di Bandung. Setelah
Tono lulus dari sekolah rendah di Bandung, Tono meneruskan sekolah HBS di
Surabaya. Sementara Rohaah yang berbeda tiga tahun dalam sekolah itu harus
kembali ke Palembang karena akan dikawinkan oleh orang tuanya.
Hubungan
mereka kian hari kian mesra. Tono sering mengajak Yah ke Tanjung Priok pesiar.
Sikap Yah yang penuh pengertian membuat Tono mabuk. Hubungan Tono dengan Tini
semakin meruncing. Apalagi berita itu menyebar di kalangan ibu-ibu teman Tini.
Ketika
Tini pergi ke Solo mengadakan Kongres Perempuan Seumumnya, Tono makin gila. Ia
memutuskan untuk tinggal selama seminggu di rumah sewaan Yah. Dari pertemuan
sebagai suami isteri itu kemudian terungkap kembali kisah lama mereka. Ternyata
lelaki yang akan dinikahkan lebih tua dari Rohayah, Rohayah tidak ingin menikah
dan akhirnya pergi meninggalkan rumah, dan merantau ke Jakarta. Ketika di
Jakarta Rohayah menjadi wanita panggilan dari hotel ke hotel. Kemudian ia
menjadi nyai seorang lelaki Belanda di Sukarasa. Hanya selama tiga tahun,
kemudian Rohayah meninggalkan suaminya lagi.
Ketika
mendengar berita bahwa Tono menjadi dokter di Jakarta, ia pun berusaha menemui
Tono. Bagi Tono, Rohayah adalah tempat pelarian, tempat berkeluh, tempat di
mana pikiran-pikiran kusut dan kenangan lama yang mati dapat dihidupkan
kembali. Rohayah amat berbeda dengan Tini, isterinya. Tono mengatakan bahwa ia
tak mungkin lepas lagi dari Rohayah. Ketika itu Tono akan menjadi juri pada
perlombaan keroncong di Pasar Gambir. Hartono dan Mardani kawannya semasa
sekolah di kota Malang datang berkunjung. Hartono menanyakan isteri Tono, Tono
hanya mengatakan bahwa ia sedang ke Solo. Hartono kemudian mengetahui bahwa
isteri Tono adalah Tini, seorang gadis yang pemah bersahabat dengannya di
Bandung sewaktu ia menjadi mahasiswa Technische Hoogereschool. Secara tidak
sengaja, Tini bertemu dengan Hartono ketika Hartono menunggu Tono pulang dari
kantor. Pertemuan itu mengungkapkan peristiwa beberapa tahun silam di Bandung.
Tini
ternyata bekas kekasih Hartono, bahkan Tini sendiri telah ternoda oleh Hartono.
Itulah sebabnya kemudian Tini mau menerima Tono menjadi suaminya, di samping
sikap Hartono sendiri yang pengecut membuat surat perpisahan dan mengatakan
bahwa setibanya surat itu pada Tini, Hartono telah tiada. Hartono ternyata
hanya mengganti namanya menjadi Abdul Humid dan masih duduk dalam organisasi
Partindo tempat mereka berdua berkenalan pertama kali. Pada pertemuan itu
Hartono masih mengharapkan agar Tini dapat kembali padanya. Namun Tini amat
tersinggung pada sikap Hartono. Ia marah dan meminta supaya mereka hidup
sendiri-sendiri.
Dilain
pihak Tono ertipu lagi oleh sikap Rohayah yang selalu manis didepannya . Siti
Hajati seorang penyanyi yang merupakan pujaannya ternyata adalah Rohayah
sendiri. Ia amat tidak senang dengan sikap Rohayah yang selalu berpura-pura.
Tono beranggapan bahwa Rohayah akan selalu bersikap manis dan merayu laki-laki
lain seperti kalau ia bersama dengan Tono. Yah yang terpojok dan merasa tidak dipercaya
mengatakan pada Tono bahwa ia sebenarnya amat mencintai Tono namun ia takut
apakah hubungan cintanya dapat langgeng. Ia merasa tidak seimbang mendapatkan
Tono, itulah problem kejiwaannya.
Sebenarnya
sebelum menikah Tono telah mengetahui bahwa Tini telah ternnoda oleh. Ia juga
tahu bahwa ketika Tini menerimanya sebagai suami tidak berdasarkan cinta. Tono
mau menerima Tini karena kekagumannya pada kecantikan Tini. Namun ia tidak
pemah mengetahui siapa laki-laki yang menodai Tini. Pikiran-pikiran yang menyebar
itu menyebabkan ia dapat memaklumi keadaan Rohayah. Ia pun menerima alasan
Rohayah.
Suatu
ketika paman Tini datang hendak mendamaikan pertengkaran Tini dengan Tono.
Namun usaha itu sia-sia. Baik Tono maupun Tini tidak dapat rukun kembali. Tini
yang sudah mengetahui hubungan gelap Tono dengan Rohayah berkeinginan untuk
menemui dan mendamprat Rohayah. Bertemulah Tini dengan Rohayah di sebuah hotel.
Keinginan Tini untuk memaki-maki Rohayah yang telah menggoda suaminya akhirnya
luluh begitu Tini bertemu dengan Rohayah. Karena melihat sikap Rohayah yang
lemah lembut dan sangat perhatian. Tini merasa malu dengan Yah,
lebih-lebih ternyata Rohayah banyak tahu masa lalu Tini yang gelap. Tini
menyesal bahwa selama ini ia kurang memberi perhatian pada Tono. Ia bukan istri
yang baik. Ia tidak pernah memberikan kasih sayang yang tulus kepada Tono
suaminya.
Peristiwa
di hotel itu membuat Tini sadar diri. Ia merasa gagal menjadi seorang istri.
Akhimya, Tini memutuskan untuk bercerai dengan suaminya. Bahkan ia berharap
agar Rohayah bersedia menjadi isteri Tono. Niat ini disampaikan kepada Tono.
Kenyataan ini juga membuat Tono tersadar. Ia berharap Tini masih mau menjadi
istrinya. Tetapi tekad Tini sudah bulat. Perceraian tidak dapat dihindari
lagi.Akibat perceraian ini hati Tono amat sedih. Lebih sedih lagi ketika Tono
menghadapi kenyataan bahwa Rohayah telah pula meninggalkan dirinya. Yang
dijumpai Tono hanyalah sepucuk surat dan sebuah piringan hitam lagu-lagu Siti
Hayati yang tak lain adalah Rohayah sendiri. Rohayah yang menyatakan betapa ia
sangat mencintai Tono, tetapi ia tidak ingin merusak rumah tangganya. Untuk
itu, Rohayah telah meninggalkan tanah air pergi dan ke New Caledonia. Sedangkan
Tini saat ini sudah berada di Surabaya, mengabdikan dirinya di sebuah panti
asuhan yatim piatu.
2.
Unsur
Intrinsik
a. Tema
Tema yang tergolong
dalam novel belenggu ini adalah tema tradisional yang mana hal-hal yang
dianggap otomatis terjadi sendiri dimasyarakat. Dan tema novel belenggu ini
adalah “ perselingkuhan mengundang perpisahan”
b. Alur
Alurnya campuran karena disaat
pengenalan konflik, tokoh dokter tono dan yah teringat kepada masa lalu mereka,
Sebegai contoh pada saaat Kartono berada dikamar Rohayah, di situ Kartono
mencoba mengingat kembali masa-masa dia bersama Yah waktu dulu.
Jalan
cerita
a) Tahap
Perkenalan
Tahap
perkenalan dimulai dengan pengenalan tokoh- tokohnya. Dokter Sukartono (Tono),
seorang dokter yang sangat mencintai pekerjaannya dan seorang dokter yang
profesional karena giat dalam bekerja dan ramah kepada pasien- pasiennya. Dia
menikah dengan seorang gadis cantik bernama Sumartini (Tini). Tetapi rumah
tangganya tidak harmonis karena sering beradu mulut. Dokter Sukartono sibuk
dengan pekerjaannya, sementara Sumartini hanya menjaga telpon dan menulis
blocnote jika ada pasien yang meminta pertolongan suaminya. Dikenalkan juga
tokoh Rohayah seorang wanita yang merupakan korban kawin paksa dan dia menjadi
wanita panggilan. (halaman 17-18)
b) Tahap
Perumitan
Dimulai saat Rohayah berpura-pura sakit. Pada awalnya
Rohayah terkenal dengan sebutan Ny. Eni, karena ingin bertemu dengan Tono, dia
berpura-pura sakit dan meminta Dr. Sukartono untuk memeriksanya. Saat itu Yah tinggal di sebuh hotel dan Dr.
Sukartono pun datang menemui dan memeriksa Ny.
Eni. Hubungan mereka semakin dekat setelah mereka semakin mengakrabkan diri satu
sama lain, mulailah tumbuh perasaan cinta pada diri Tono. Sebenarnya Rohayah
sudah mengenali Tono, karena Tono adalah tetangganya di Bandung dan kaka
kelasnya, bahkan rohayah telah memendam perasaan pada Tono tetapi Yah tidak
dapat mengungkapkannya. Tono tidak mengetahui bahwa Yah adalah temannya. Namun akhirnya Yah memberi tahu yang sesungguhnya
kepada Tono, sehingga membuat tono dan yah mengingat
persahabatannya dimasa lalu.semejak itu semakin hari hubungan mereka semakin dekat, bahkan Tono sering menemui Yah, sekali-sekali Yah di ajak jalan-jalan
ke pantai. Di saat itu pula hubungan antara Tono dan Tini istrinya semakin
renggang. Tono semakin jarang berada di rumah. Tini tidak mengerti mengapa Tono
dapat berubah secapat itu kepadanya. (halaman 18-78)
c) Tahap
Klimaks (Puncak Ketegangan)
Tahap
ini dimulai ketika Tono semakin yakin bahwa Yah dapat memberikan kasih sayang
yang sesungguhnya yang selama ini tidak ia dapatkan dari istrinya sendiri. Ketika Tono merasa kahilangan keterntraman dalam rumah tangganya dengan Tini dan saat ia bertengkar dengan istrinya, Tono
semakin sering mengunjungi Yah. Dia mulai merasakan tempat tinggal Yah sebagia
tempat tingglnya yang kedua. Lama kelamaan hubungan Yah diketahui oleh Tini
yang tak lain adalah istrinya Tono. Hati Sumartini sangat geram ketika mengetahui
hubungan gelap suaminya dengan Yah. Dia ingin melabrak wanita
tersebut. Secara diam-diam Suamrtini pergi ke hotel tempat tinggal Yah.
Kepergiannya itu membawa kekesalan yang mendalam kepada Yah. Dia berniat ingin
mencaci maki Yah karena ia sangar kesal kepad Yah. (halaman
130)
d) Tahap
Peleraian
Peleraian dimulai ketika Tini bertatap muka dengan Yah. Perasaan dendamnya
menjadi luluh, kebencian dan nafsu amarahnya tiba-tiba lenyap. Yah yang
sebelumnya dianggap sebagi wanita panggilan ternyata mamilki sifat yang lembut
dan ramah. Tini merasa malu pada Yah. Tini merasa bahwa selama ini dia
telah banyak bersalah pada suaminya, dia tidak dapat berlaku seperti Yah, sikap
Yah sangat didambakan oleh Tono dan
selama ini Tini tidak bisa bersiakp seperti itu kepada Tono. Sepulangnya dari
hotel, Tini mulai berintropeksi kepada dirinya
sendiri. Dia sangat merasa bersalah kepada suaminya dan ia menyadari bahwa dia
belum bisa menjadi istri yang baik bagi Tono. Tini merasa telah gagal menjadi seorang istri. (halaman 133- 136)
e) Tahap
Penyelesaian
Tahapan akhir dari novel Belenggu ketika Tini
memutuskan untuk berpisah dengan suaminya. Pada awalnya Tono tidak
mau mengabulkan permintaan Tini, karena apapun yang terjadi dalam rumah
tangga mereka, Tono tidak mengharapkan terjadinya perceraian di antara mereka.
Tono meminta maaf kepada istrinya dan berjanji untuk merubah sikapnya itu.
Namun Tini menegaskan bahwa keputusannya sudah bulat. Akhirnya mereka sepakat
untuk bercerai.
Hati Tono sangat sakit akibat perceraian tersebut. Hatinya bertambah sedih
saat mengetahui bahwa Yah telah meninggalkan hotelnya. Yah meninggalkan sebuah
palt gramofoon yang berisi suaranya
sendiri sebagai lagu kenang-kenangan kepada Tono. Tono dan Tini akhirnya
berpisah, mereka tidak dapat mempertahankan kehidupan rumah tangganya dan Yah
pun pergi ke Nieuw Caledonie meninggalkan Tono, orang yang dicintainya itu. (halaman
136-150)
Jika dilihat
dari cara pengarang mengakhiri cerita, Belenggu termasuk ke dalam plot tertutup
karena berakhir dengan sebuah kepastian.
c.
Tokoh
Tokoh dalam cerita novel belenggu
ini adalah
1)
Dokter
Sukartono (Tono)
2)
Sumartini
(Tini)
3)
Siti Rohayah
(Yah)
4)
Nyonya
sutatmo
5)
Nyonya
sumarjo
6) Nyoya Padma
7)
Putri Aminah
8)
Nyonya
Rusdio
9)
Karno
10)
Hartono
11) Mangunsucipto
12) Abdul
13) Mardani
Jenis Tokoh
Tokoh
merupakan bagian struktural fiksi yang melahirkan sebuah peristiwa. Berkut ini
adalah tokoh-tokoh dalam novel belenggu beserta pengklasifikasiaan tokohnya.
1)
Dokter
Sukartono (Tono)
Tono
merupakan tokoh sentral atau tokoh utama, karena tokoh ini mengambil bagian
terbesar peristiwa. Dan merupakan tokoh penting dalam novel belenggu, serta
tokoh ini sering ditampikan dan mendominasi cerita dalam novel belenggu ini.
Tokoh ini juga sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan.
2)
Sumartini
(Tini)
Tini juga
termasuk tokoh sentral, karena Tini juga mengambil bagian terbesar peristiwa
dalam novel belenggu. Tini juga termasuk tokoh penting dalam cerita karena tini
juga mendominasi cerita dalam novel ini.
3)
Siti Rohayah
(Yah)
Seperti
halnya Tono dan Tini, Yah juga merupakan tokoh sentral yang mendominasi cerita
dlam novel belenggu ini, Yah juga termasuk tokoh penting dalam cerita karena
tokoh ini mengambil bagian terbesar peristiwa.
4)
Nyonya
sutatmo
Nyonya
Sutatmo merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul
beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh
utama.
5) Nyoya Sumarjo
Nyonya
Sumarjo merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul
beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh
utama.
6) Nyonya
Padma
Nyonya Padma
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
7) Putri
Aminah
Putri Aminah
juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul
beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh
utama.
8)
Nyonya
Rusdio
Nyonya
Rusdio juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya
muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan
tokoh utama.
9)
Karno
Karno juga
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
10)
Hartono
Hartono juga
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
11)
Mangunsucipto
Mangunsucipto
juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul
beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh
utama.
12) Abdul
Abdul juga
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
13) Mardani
Mardani juga
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama
d.
Penokohan
Penokohan
atau karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan, yakni
menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan
merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan
dalam sebuah cerita (1998:165). Sebagain tokoh – tokoh karya fiksi adalah tokoh
– tokoh rekaan yang dimaksud tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami
cerita kendati berupa rekan atau hasil imajinasi pengarang, masalah penokohan
tidak bisa dipisahkan dari suatu karya sastra dan merupakan suatu bagian yang
penting dalam membangun sebuah cerita (Nurgiyantoro,1994:66). Adapun watak
tokoh atau penokohan dalam novel belenggu, yaitu sebagai berikut:
1)
Dokter Sukartono (Tono) ; seorang dokter yang mempunyai rasa kemanusiaan yang
tinggi. Dia terkenal dokter yang dermawan dan penolong. Dia termasuk seorang
yang sangat mencintai pekerjaannya. Berikut penggalan ceritanya.
Kata orang: “dia tiada mata duitan,
kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar, dia lupa mengirim rekening.”
“tetapi,” kata seorang lagi, “kalau
dia dipanggil tengah malam, suka juga.” Memiliki
rasa tanggung jawab yang tinggi, berikut penggalan ceritanya. Pikiran kawan-kawannya akan terkabul,
Sukartono akan patah di tengah jalan, kalau pada suatu ketika tiada surat dari
saudaranya, mengatakan nakanya masih bayak yang perlu juga diteruskan pelajarannya,
karena dia tahu, lebih bijaksana kalau perasaan tanggung jawab Sukartono
disinggung. Memang perasaan tanggung jawab keras padanya.
2)
Sumartini (Tini) ; perempuan modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena
bebas bergaul. Dia selalu merana kesepian karena kesibukan suaminya yang tak
kenal waktu dalam mengobati orang sakit sehingga melupakan dan membiarkannya
dirumah seorang diri.
Watak tini
pemarah, seperti tercermin dalam penggalan cerita berikut:
Karno tiada suka akan Tini, sebab
tini marah-marah saja, karena kesalahan yang kecil-keci sekalipun, bahkan kerap
kali tiada salahnya sama sekali. Tini merupakan wanita yang berparas
cantik, memiiki bentuk tubuh yang ramping langsir, seperti yang tercermin dalam
penggalan cerita berikut. Sukartono
terkejut, memandang ke arah istrinya, tetapi ia sudah berpaling lagi, menuju ke
kamar tidur. Menyala-nyala dalam hatinya, hendak terhambur kata marah dari
mulutnya.... ah, alangkah cantiknya, ramping langsir, sikapnya menantang
demikian itu. (halaman 19)
3)
Siti Rohayah (Yah) ; perempuan yang harus menjalankan kawin paksa. Dia merasa
frustasi, sehingga terjerumus kelembah kemistaan. Dia teman dokter sukarno yang
secara diam-diam mencintainya.
Siti Rohayah
adalah wanita nakal, berikut penggalan cerita yang menggambarkan bahwa Yah
adalah wanita nakal. Perempun itu
mengigit bibir, seolah-olah kecewa, ketika tangan Sukartono menutupkan
kimononya, sambil kata Sukartono dengan pendek saja: “tidak perlu nyonya buka.”
4) Nyonya sutatsomo
Watak nyonya
sutat somo adalah pembela, mengalah (dengan nyonya sumarjo yang mengatai dokter
tono)
5) Nyonya
Sumarjo
Watak Nyonya
Sumarjo adalah watak yang suka menyindir dan sangat ketus hal ini terdapat
dalam penggalan cerita sekali-kali nyonya
sumarjo menyindir “istri tuan sungguh pandai main. Mengapa tuan tiada turut
main?
6) Nyonya
Padma
Watak nyonya
Padma adalah peka terhadap lingkungan dan juga perasaan orang lain . takut
menyinggung perasaan orang lain . hal ini terbukti didalam penggalan cerita “dengan segera dijawab oleh nyonya padma,
yang merasa lega
7) Putri
Aminah
Putri Aminah
adalah orang yang suka berolok-olok, selalu ingin mengetahui urusan orang lain,
seperti nampak pada penggalan crita berikut. Putri Aminah tertarik pula hatinya hendak berolok-olok, barangkali juga
hendak mengulangi hal yang tadi, suka hedak tah, mengapa Tini, kawannya itu
demikian. Rahasia yang tersembunyi: “benar-benarlah engkau dokter sejati. Cuma
penyakit saja engkau perhatikan. Tidak baca koran rupanya.
8) Nyonya Rusdio
Watak nyonya
rusdio yaitu bahwa dia adalah seorang yang pandai mencairkan suasana, seperti
nampak pada penggalan cerita berikut ini.
Sejurus kemudian percakapan
dialihkan perlahan-lahan oleh nyonya Rusdio, seolah-olah menyingkapkan awam
mendung, supaya terang cuaca.
9) Karno
Karno adalah
pembantu dokter Sukartono yang amat sangat patuh terhadap perintah tuannya,
seperti nampak pada penggalan cerita
berikut.
Karno, bujangnya, masuk membawa
valies tempat perkakas doketer Sukartono
10) Hartono
Watak
hartono adalah baik hati, dia adalah mantan kekasih Tini yang ternyata adalah
teman dekat Tono. Dan dia orang yang care dengan temannya hal ini terbukti
dalam cerita bahwa dulu semasa sekolah Hartono adalah tempat berbagi cerita dan
keluh kesah Tono.
11)
Mangunsucipto
Watak
mangunsucipto adalah baik hati, dewasa,
sosok pembimbing dan penengah dalam rumah tangga Tono dan Tini.
12)
Abdul
Abdul adalah watak yang
setia dan rajin hal ini terbukti dalam cerita bahwa dia adalah supir yang
senantiasa mengikuti perintah dokter tono
13) Mardani
Mardani adalah orang
yang baik hait pengertian dan juga orang
yang tidak suka mencampuri urusan orang ,hal ini terbukti dalam penggalan
cerita bahwa mardani memberi hartono enumpang dirumahnya. Dan juga dia paparkan
secara langsung “memang mardani tidak suka mencampuri perkara orang”
Penyampain Tokoh
Teknik penyajian tokoh yaitu dengan
menggunakan metode analitik dan dramatik karena di dalam roman belenggu karya
armijn pane pengarang mendeskripsikan karakter tokoh melalui pendeskripsian
secara langsung dan tidak langsung. Berikut penggalan cerita yang menggambarkan
bahwa metode penyampain watak tokoh melalui metode analitik.
1)
Pikiran
kawan-kawannya akan terkabul, Sukartono akan patah di tengah jalan, kalau pada
suatu ketika tiada surat dari saudaranya, mengatakan nakanya masih bayak yang
perlu juga diteruskan pelajarannya, karena dia tahu, lebih bijaksana kalau
perasaan tanggung jawab Sukartono disinggung. Memang perasaan tanggung jawab
keras padanya.
2)
Sukartono
terkejut, memandang ke arah istrinya, tetapi ia sudah berpaling lagi, menuju ke
kamar tidur. Menyala-nyala dalam hatinya, hendak terhambur kata marah dari
mulutnya.... ah, alangkah cantiknya, ramping langsir, sikapnya menantang
demikian itu.
Sedangkan berikut ini adalah penggalan cerita yang
menggambarkan bahwa metode penyampaian watak tokoh melalui metode dramatik.
1)
Perempun itu
mengigit bibir, seolah-olah kecewa, ketika tangan Sukartono menutupkan
kimononya, sambil kata Sukartono dengan pendek saja: “tidak perlu nyonya buka.”
2)
Kata orang:
“dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar, dia
lupa mengirim rekening.”
3)
“tetapi,”
kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam, suka juga.”
e. latar
1. Latar tempat :
-Dirumah Kartono, sebagai contoh terdapat pada : Seperti biasa,
setibanya dirumah lagi, dokter Sukartono terus saja menghampiri meja kecil, di
ruang tengah, dibawah tempat telepon.
-Dihotel, sebagai contoh terdapat pada : Dokter Sukartono diam saja
sejurus memandang ke arah hotel itu, dia merasa heran sedikit. “Masuk saja ke
pekarangan, tuan dokter?” “Masuklah,” kata Sukartono dengan agak bimbang.
Ketika mobil berhenti disisi tangga, seorang orang yang berpakaian uniform
berdiri disisi mobil, sambil mengangguk. “Ini nomor 45?” tanya Abdul, lalu
keluar. “Benar, nyonya Eni sudah menunggu.”
-Dirumah Rohayah, sebagai contoh terdapat pada : Sehabis payah
praktijk, Kartono biasalah pergi kerumahnya yang kedua akan melepaskan lelah.
Pikirannya tenang kalau disana.Disanalah pula dia acapkali membaca majalah dan
bukunya yang perlu dibaca, sedang Yah lagi asyik merenda.
-Di tepi pantai di Priok, sebagai contoh terdapat pada : Entah
bagaimana, dia sampai juga dengan selamat di tepi pantai di Priok. Dia
terbangun oleh desir ombak. Bulan tiada bersinar diatas gelombang.Terang-terang
gelap diatas air.
-Di Bazaar, sebagai contoh terdapat pada : Sudah pukul delapan
malam.Bazaar sudah dibuka tadi pukul tujuh oleh nyonya Sumarjo dengan pidato
yang ringkas dan tepat.
-Di gedung Concours, Pasar Gambir, sebagai contoh terdapat pada :
Begitu juga Tono.Malam itu dia menjadi
jury concours kroncong perempuan.Sesampainya didalam gedung, concours sudah
hendak mulai.Baik diluar, maupun didalam
penuh sesak dengan penonton.
2. Latar waktu :
- Malam hari, sebagai contoh terdapat pada :(1) Sukartono duduk
membaca, lampu meja disebelah kirinya, terang diatas buku itu, mukanya sendiri gelap.Dul baru keluar, baru minta permisi pulang.Hari sudah pukul Sembilan malam. (2)
“Sudah pukul delapan malam. Bazaar sudah dibuka tadi pukul tujuh oleh nyonya
Sumarjo dengan pidato yang ringkas dan tepat.”
- Tiba-tiba
kedengaran suara mobil berhenti di pekarangan muka.
- Waktu
masih menuntut pelajaran di sekolah Geneeskundige Hooge School di Betawi,tiada
sedikit kawan-kawan dokter Sukartono yang memastikan, dia tiada akan sampai ke
ujian penghabisan. Dia tidak cakap jadi dokter, terlalu suka akan lagu, akan
seni: pikirannya terlalau banyak terlalai,
- ...hari
sudah pukul sembilan malam. Sekali-sekali melintas dengan cepat di jalan di
muka rumah, suaranya masuk melintas dari jendela yang masih terbuka.
-Sejak tadi pagi bekerja keras,
pulang cua sebentar saja untuk bertukar pakaian.
-Auto dokter Sukartono melancar di
tengah malam itu juga, seolah-olah menggambarkan kerusuhan dalam hatinya,
seolah-olah anak takut kepada bayang-bayangnya sendiri.
3. Latar suasana :
-Jengkel, sebagai contoh terdapat pada :
Dihampirinya isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat: “Aku pergi…..” Itu saja yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi. Pergi, pergi, buat apa dikatakannya, hendak menjengkelkan hatiku saja.
Dihampirinya isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat: “Aku pergi…..” Itu saja yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi. Pergi, pergi, buat apa dikatakannya, hendak menjengkelkan hatiku saja.
-Sedih, penuh penyesalan, sebagai contoh terdapat pada : Sesuaikah
pikirannya dengan Aminah dan lain-lainnya? Ah,peduli apa. Bukan sudah….. tidak,
tidak, melawan dalam pikirannya, kami belum berpisah…… kalimat itu
berulang-ulang dalam pikirannya, air matanya titik, membasahi bantal……. Lama
kelamaan dia tertidur.
-Marah, sebagai contoh terdapat pada : “Suaramu palsu Yah, seperti
didalam hatimu juga bohong belaka.Sangkaku engkau jujur, engkau tidak main
tonil. Ah, tapi kamu perempuan semuanya pemain tonil. Tidak ada yang benar,
yang jujur pada tubuhmu, dalam hatimu………”
f. Sudut Pandang (Point Of
View)
ke-tiga. Pengarang menggunakan nama
orang sebagai pelakunya, tidak menggunakan kata aku sebagai tokoh. Dalam arti
lain, pengarang menceritakan kehidupan tokoh lain, bukan sebagai dirinya
sendiri. Pengarang tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langung di
dalam cerita itu.
g. Gaya
Bahasa
1. Majas
-Personifikasi
Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia. Atau yang mengumpamakan benda mati sebagai
makhluk hidup
• Matanya tetap melihat pada satu tempat saja, karena perhatiannya
seolah-olah meraba-raba dalam pikirannya.
• Tiada tampak oleh Sukartono cahaya tanda girang yang mengerlip
dalam mata perempuan itu.
• “…. Hatinya hendak membacanya, hendak membaca olokannya,….”
• Karena itu terbit ingin hatinya menduga hati perempuan itu
• Tiada kuketahui, timbul juga namamu dengan tiada kuketahui, karena
bayang-bayangan ingatan yang tergambar pada air mukamu
• Kalau engkau mengenal aku dahulu, benar-benar kenal, bukan
kenal-kenal saja, engkaupun tahu, mestilah tahu,…. didalam hatiku dingin,
seperti es.
• Didalam hati Kartono terbit lagi keinginan menggenggam tangan
jiwanya, memegang jiwa yang menggelepar-gelepar itu kuat-kuat jangan
jatuh kedalam air.
• Dia merasa bimbang, pertanyaan yang demikian kerap kali terbit
dalam pikirannya.
• “Tini gunung berapi yang banyak tingkah!
Penyakit yang banyak complicate.”
• “Tumbuh didalam hatinya keinginan hendak memegang tangan Yah, hendak memandangnya dalam matanya, yang riang beriak-riak,….”
• “Tumbuh didalam hatinya keinginan hendak memegang tangan Yah, hendak memandangnya dalam matanya, yang riang beriak-riak,….”
• Yah terkejut melihat mukanya yang gelap itu.
• Air muka ini akan serasa-rasa terperas karena merasa sedih.
-Metafora
Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena
mempunyai sifat yang sama atau hampir sama
• Ingatannya melayang lagi kerumah yang baru dikunjunginya. Perempuan
tambun, tegap sikapnya, dikepalanya seolah-olah kembang melati putih, karena
rambutnya yang sudah beruban itu.
• “….Mengapa….,” Sukartono tiada meneruskan pertanyaan itu, karena
tiba-tiba dalam pikirannya seolah-olah fajar menyinsing.
• Tono, engkau bimbang. Zaman dahulu hendak kau ketahui juga. Tono,
tidak semua zaman dahulu merusuhkan hati, tidak semua tiada baik diingat, tapi
ada jua yang seolah-olah bintang pagi bersinar-sinar dalam hati.
• “…. Karena teringat akan zaman dahulu teringat akan kasih sayang
lama, ibarat tertampung oleh tangan ingatan zaman dahulu itu.”
• Persahabatan kita tiada sempat berputik, menjadi bunga,
berkembangkan kasih sayang.
• “…. Yang sambil memanah hatinya sendiri, tetapi tiada
diketahui oleh Aminah, tiada maklum panah itu bertimbal balik.
• Kartono melihat sikap Tini menggerendeng pula, seolah-olah harimau
tertangkap, maka hatinya makin tenang.
• ”Bukan, aku tiada berubah, engkau yang tiada pernah mengenal aku.”Memang
Tini susah diduga. Licin sebagai belut.
• Selalu saja tinggi hati; seperti batu karang meninggi di tepi
pantai, berbahaya bagi kapal menghampirinya.
• Kata Yah sejuk lembut, masuk dalam hati Kartono, sebagai air
seteguk menghilangkan haus, tetapi hausnya belum juga hilang sama sekali.
• Terdengar kepada Tono lagu pembuka, bagai air meriak, membuka
simpulan dalam pikirannya, tiba-tiba terdengar suara.
• “Jujur katamu? Kejujuran bohong. Bidadari ialah setan, setan ialah
bidadari….. engkau, siapakah engkau?” Yah tersenyum, karena mendengar lagu
suara Tono sudah berubah. Katanya: “Bidadari….. untuk engkau….. setan bagi
orang lain.”
-Hiperbola
Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan
tersebut menjadi tidak masuk akal.ah mencapai langit
• “Sukartono terkejut, memandang kearah isterinya, tetapi ia sudah
berpaling lagi, menuju ke kamar tidur. Menyala-nyala dalam hatinya, hendak
terhambur kata marah dari mulutnya….. ”
• Didalam kamar sudah tiada tahan lagi, serasa sempit, meskipun
kamarnya itu masuk kamar yang terbesar dalam hotel itu.
• “Hilanglah mimpiku, jatuhlah aku lagi ke lembah…….. ke lembah
kebenaran hidupku dahulu. Ingatlah mereka yang putus asa di Priok?
Demikianlah nanti hidupku, lama kelamaan kami menjadi demikian. Barang lama
turun harga, tiap-tiap tahun dating model baru.” Katanya dengan masam.
• “…. Karena, Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi
bernoda?”
• “Air mata yang membendung hatiku telah mengalir…… tidakah
engkau ingat Rohayah?”
• Tertimbun oleh ingatan akan gadis-gadis yang ribuan banyaknya.
• Kalau dicobanya menduga lebih dalam, jalan pikirannya tertumbuk,
seperti cintanya tertumbuk batu karang, pada besi…… pada lapisan es yang
terlingkup pada hati jiwa Tini.
• Tetapi sekarang yu, sudah tiba waktunya. Kalau mesti aku rela
binasa.
• Kedua belah tangannya memegang stir mobilnya dengan keras, badannya
membungkuk, mobil melancar, kerusuhan jiwanya seolah-olah mengalir ke roda
mobil, memutar roda biar cepat secepatnya.
• Pikirannya seolah-olah tertutup, seolah-olah pikirannya hilang,
sebagai dalam mimpi, didalam hatinya seolah-olah meluas, memadamkan pikiran…..
Tiada lagi suara didalam hatinya, tiada lagi suara lain dari suara luar, lain
dari pada suara kekasihnya itu.
-Ironi
Sindiran dengan
menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta
tersebut.
• Sekarang banyak yang cemburu melihat prakteknya maju, disegani lagi
disukai orang. Kata orang: “Dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit
kurang sanggup membayar, dia lupa mengirim rekening.”
“Tetapi ,” kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam,suka juga.”
“Tetapi ,” kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam,suka juga.”
• “Ada apa, sebanyak ini tamu kami sekali ini?” “Bukankah biasa
menerima tamu banyak-banyak?” kata puteri Aminah berolok-olok.“Bukankah
lebih banyak tamu, lebih senang?”
• “Mengapa?” tanya Mardani.
“Bukan tingkahnya hendak menarik mata laki-laki saja?”
Mardani tersenyum, merasa puteri Kartini cemburu. Katanya, hendak berolok-olok: “Ah bukanlah salahnya kalau mata laki-laki tertarik. Memang sudah dasarnya…….” “Itulah yang tiada baik itu, sudah dasarnya!”
Mardani tersenyum, merasa puteri Kartini cemburu. Katanya, hendak berolok-olok: “Ah bukanlah salahnya kalau mata laki-laki tertarik. Memang sudah dasarnya…….” “Itulah yang tiada baik itu, sudah dasarnya!”
• “Bukan sudah kukatakan dahulu, kalau dia masih dihinggapi penyakit
seni, tentu tiada akan menjadi dokter. Sekarang penyakitnya itu sudah
sembuh.”
• “Sejak kapan tuan dokter Sukartono mata duitan?”
• “Kami tiada lama lagi, lekas-lekaslah pulang mengawani Tini.”
• “… Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi
bernoda?”
• “Jangan terlalu rajin, Tini, nanti Kartono marah.”
• “Coba angan-angankan, jiwa digantung! Mari tuan-tuan, nyonya, disini
ada jiwa digantung.”
• “Sipatmu tidak dapat berubah, kerbau suka juga kepada kubangan.
Dalam lumpur tempatmu, kembalilah engkau ke sana.”
• “Mana perempuan yang baik-baik, suka berkenalan dengan perempuan
seperti engkau?”
h. amanat
amanat
didalam novel ini tergolong tema implinsit yang mana amanat tidak ditulis atau
dipaparkan secara langsung oleh pengarang dalam sebuah cerita sehingga pembaca
perlu berpikir lagi memahami sebuah cerita sehingga menemukan sendiri amanat
yang terkandung dalam sebuah cerita . adapun amanat yang terkandung dalam novel
ini yaitu:
• Dalam sebuah hubungan percintaan kita dituntut untuk saling
menghormati dalam perselisihan dan perang kata, kita harus bisa lebih menahan
diri dari pasangan kita.
• Bagi Isteri hormati dan layanilah Suami dengan tulus dan ikhlas
jangan terpaksa dan lebih mengedepankan ego.
• Tidak pantaslah jika seorang isteri pergi sesuka hati tanpa izin dan
sepengetahuan suami.
• Tolong-menolong dan saling berbagi dengan sesama harus dikedepankan
untuk kerukunan bersama.
• Sikap saling percaya, sabar, dan saling menghargai bisa menjadi
pencegah perselingkuhan.
• Seorang isteri tidak boleh melupakan tugas utamanya dalam keluarga
dan selalu sibuk dengan pekerjaan luarnya, begitu juga seorang suami harus
selalu mengedepankan kepentingan keluarga di banding kepentingan pekerjaan atau
kepentingan lainnya.
• Seorang perempuan harus bisa menjaga diri dan tidak terbawa arus
globalisasi yang semakin pesat.
• Sebaiknya jangan suka menggunjing apalagi masalah rumah tangga orang
lain.
• Seharusnya dalam kehidupan berumah tangga harus didasari rasa cinta
antar pasangan
3.
Unsur Ekstrinsik
a. Adat :
Jika suami
pulang kerja, hendaknya istri menyambutnya, mempersilakan duduk, menganggalkan
sepatunya.
b. Etika :
Kartono,
seorang dokter yang selalu ramah kepada setiap pasiennya.
4.
Kelemahan dan kelebihan novel
Belenggu
a.
Baik
Novel ini mengajarkan kita untuk rela berbagi dan berkorban untuk orang
lain. Dan yang membuat menarik dari novel ini adalah permainan perasaan
pengarangnya dan juga diperkaya dengan suguhan puisi pengarang
semakin mengindahkan karya disamaping kata-kata diksi yang indah . Dan novel ini merupakan peralihan
bahasa Melayu modern ke bahasa Indonesia.
b.
Buruk
Novel Belenggu adalah imitasi dari roman barat, karena banyak menggunakan
bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Bagi yang sudah biasa dengan bentuk buku
roman barat modern pasti mengerti maksud dari pengarang. Tetapi bagaimana
mereka yang tidak mengerti bahasa belanda, mereka kesulitan untuk memahami
jalan cerita apalagi untuk pembaca pemula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar