MAKALAH
ILMU SOSIAL
DAN BUDAYA DASAR
KEGELISAHAN
DAN PENYEBABNYA
Dosen Pengampu : Ifrianto S.Pd.I, M.Pd.I
Kelompok
2:
Rini Delmasari
Farida
Eva yuliana
Natalia
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN
TAHUN 2014
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan rahmat dan
kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalahIlmu Sosial dan Budaya Dasar.
Penulis
menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah
ini tidak terlepas dari
bantuanberbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Ifrianto
S.Pd.I, M.Pd.I yang telah membimbing dalam proses pembelajaran, serta
teman-teman sekelompok yang telah berjuang dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah inibanyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, demi kesempurnaan makalah ini. Semogadapat bermanfaat
bagi pengembangan pembelajaranperkembangan
peserta didik khususnya dan pendidikan pada umumnya.
Bangko,
13Juni 2014
penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I:
PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3
Manfaat Penulisan............................................................................................ 1
BAB II:
PEMBAHASAN.................................................................................... 2
2.1
Pengertian Kegelisahan..................................................................................... 2
2.2
Kegelisahan,
pengaruhnya, dan harapan........................................................... 6
2.3
Faktor Penyebab
Kegelisahan........................................................................... 8
2.4 Usaha-usaha
dalam mengatasi Kegelisahan...................................................... 16
BAB III : PENUTUP............................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 18
3.2 Saran.................................................................................................................. 18
Daftar Pustaka....................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kegelisahan sering kali
dialami oleh manusia hal ini dikarenakan manusia sering mengalami
ketidakpastian, keterasingan, dan kesepian. Sebagai manusia yang memiliki agama
sebagai pandangan hidupnya seharusnya bisa mengatasi kegelisahan pada dirinya.
Karena kegelisahan dapat membawa pengaruh negatif baik kepada diri sendiri,
orang lain bahkan lingkungan sekitar.
Penjelasan diatas
secara eksplinsit menjelaskan bahwa manusia harus menghindari suatu keadaan
yang disebut “kegelisahan” karena membawa pengaruh buruk terhadap diri manusia
itu sendiri, dan lingkungan sekitarnya. Maka dari itu pemakalah mengangkat
judul makalah Kegelisahan dan penyebabnya, agar disini setiap individu dapat
memahami apa sebenarnya kegelisahan dan penyebabnya serta bagaimana
mengatasinya
1.2
Rumusan
masalah
1.2.1 Jelaskan
yang dimaksud dengan kegelisahan
1.2.2 Jelaskan
kaitan kegelisahan, pengaruh, dan harapan
1.2.3 Jelaskan
faktor penyebab kegelisahan
1.2.4 Bagaimana
usaha-usaha mengatasi kegelisahan
1.3
Tujuan
Penelitian
1.3.1
Mengetahui mengenai
defenisi kegelisahan
1.3.2
Mehami kaitan antara
kegelisahan, pengaruh dan Harapan
1.3.3
Mengetahui hal-hal yang
menjadi faktor penyebab kegelisahan
1.3.4
Mengetahui bagaimana
Usaha-usaha mengatasi kegelisahan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kegelisahan
Gelisah
adalah ungkapan perasaan psikologis atau kejiwaan seseorang. Kegelisahan
berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati
atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi
(menanti), cemas dan sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak
tentram hati maupun perbuatannya, artinya merasa gelisah, kahwatir, cemas atau
takut dan jijik. Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan
bahwa manusia yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut.
Manusia suatu saat
dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan ini apabila cukup lama
hinggap pada manusia, akan menyebabkan suatu gangguan penyakit. Kegelisahan
yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia. Kegelisahan
hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam
situasi tertentu. Gejala gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari
biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil
menundukkan kepala, duduk merenung sambil memegang
kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara, dan lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah kecemasan atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.Tragedi dunia modern tidak sedikit dapat menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat kebutuhan hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan dalam hidup, keadaan yang tidak stabil, dan seterusnya.
kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara, dan lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah kecemasan atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.Tragedi dunia modern tidak sedikit dapat menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat kebutuhan hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan dalam hidup, keadaan yang tidak stabil, dan seterusnya.
Kegelisahan
dalam konteks budaya dapatlah dikatakan sebagai akibat adanya instink manusia
untuk berbudaya, yaitu sebagai upaya untuk mencari “kesempurnaan”. Atau, dari
segi batin manusia, gelisah sebagai akibat noda dosa pada hati manusia. Dan
tidak jarang akibat kegelisahan seseorang, sekaligus membuat orang lain menjadi
korbannya. Penyebab kegelisahan dapat pula dikatakan akibat mempunyai kemampuan
untuk membaca dunia dan mengetahui misteri hidup. Kehidupan ini yang
menyebabkan mereka menjadi gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa
mereka gelisah, mereka hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang
tidak mempunyai dasar dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa
kegelisahan. Kegelisahan yang demikian sifatnya abstrak sehingga disebut
kegelisahan murni, yaitu kegelisahan murni tanpa mengetahui apa penyebabnya.
Bentuk- bentuk kegelisahan manusia berupa keterasingan, kesepian,
ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti dengan
kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia.
Kegelisahan
hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak-gerik seseorang dalam
situasi tertentu.Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan,
Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat, bahwa ada tiga macam kecemasan
yang menimpa manusia yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik
dan kecemasan moril. Banyak yang menilai kegelisahan ada macam-macam
diantaranya adalah kegelisahan negatif dan positif yang di artikan sebagai
berikut :
“Kegelisahan
negatif” adalah kegelisahan yang berlebih-lebihan, atau yang melewati batas,
yaitu kegelisahan yang berhenti pada titik merasakan kelemahan, di mana orang
yang mengalaminya sama sekali tidak bisa melakukan perubahan positif atau
langkah-langkah konkret untuk berubah atau mencapai tujuan yang diinginkan,
yaitu kegelisahan dalam ‘menanti-nanti’ sesuatu yang tidak jelas atau tidak
ada. Tentu saja hal ini merupakan ancaman bagi eksistensi manusia sebagai
kesatuan yang integral.
“Kegelisahan
positif” merupakan dasar kehidupan atau sebagai kesadaran yang dapat menjadi
spirit dalam memecahkan banyak permasalahan, atau sebagai tanda peringatan,
kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya atau hal-hal yang datang
secara tiba-tiba dan tak terduga. Ia juga merupakan kekuatan dalam menghadapi
kondisi-kondisi baru dan dapat membantu dalam beradaptasi. Singkatnya, ia
merupakan faktor penting yang dibutuhkan manusia. Sedangkan “kegelisahan
negatif” jelas sangat membahayakan, seperti gula pada darah; ketika ketinggian
kadarnya membahayakan kesehatan manusia.
Sigmund
Freud ahli psikoanalisa berpendapat, bahwa ada tiga macam kecemasan yang
menimpa manusia, yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik, dan
kecemasan moril.
2.1.1
Kecemasan
Obyektif (Kenyataan)
Pengalaman
perasaan sebagai akibat pengamatan atau bahaya dunia luar. Bahaya adalah sikap
keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya.
Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, bahwa
seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat
dengan benda-benda atau keadaan tertentu dari lingkungannya.
Contoh
:
Tini seorang
ibu muda, mempunyai anak berumur dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat,
montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini
tercurahkan untuk Tina. Ia keluar kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu.
Sekonyong-konyong Tina sakit; muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung,
anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah
sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus
meninggalkannya. Tini gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya.
Pada contoh tersebut jelas bagi kita, bahwa kecemasan
yang diderita oleh ibu Tini adalah karena adanya bahaya dari luar yang
mengancam anaknya.
2.1.2
Kecemasan
Neurotik (Syaraf)
Kecemasan
ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund
Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni:
a) Kecemasan
yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, dan orang itu takut akan
bayangannya sendiri, atau takut akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan
menguasai ego.
Contoh :
Ujang anak laki-laki
berumur 10 tahun, duduk di kelas 4 SD. Pada suatu hari ia diberi tahu ayahnya
bahwa bulan depan ayahnya pindah ke kota lain. Mereka sekeluarga harus pindah.
Sudah tentu ia harus ikut. Jadi, ia harus pindah sekolah ke kota tempat ayahnya
bertugas. Ibunya tampak gelisah, karena ia telah merasa betah tinggal di
tempat itu berkat adanya seorang ibu yang aktif mengumpulkan dan memajukan
ibu-ibu. Lebih-lebih Ujang, karena baik di kampung maupun di sekolah ia
memiliki banyak kawan. Ia takut kalau di tempat baru kelak ia tidak merasa
betah. Namun bila tidak ikut pindah, ia akan ikut siapa?. Bila ikut pindah, bagaimana
suasana di tempat baru nanti? Ia takut pada bayangannya sendiri.
b) Bentuk
ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah
intensitet ketakutan melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang
ditakutkannya.
Contoh :
Orang takut ular,
binatang berbulu, atau takut lintah. Rasa takut seperti ini dapat kita tekan,
sehingga berkurang, atau hilang sama sekali. Pengalaman ketika kecil dapat
menjadikan anak takut akan sesuatu, seperti benda tajam, takut darah, dan
sebagainya.
c) Rasa
takut lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnya secara
tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan
meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan
neorotis yang sangat menyakitkan dengan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh
id, meskipun ego dan superego melarangnya.
Contoh :
Seseorang yang tidak
bisa menyanyi atau bicara di depan umum, sekonyong-konyong diminta untuk
menyanyi atau berpidato, ia akan gelisah, gemetar, dan hilang keseimbangan,
sehingga sulit berbicara atau bernyanyi.
2.1.3
Kecemasan
Moral
Kecemasan
moral disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam
emosi, antara lain iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, dan rasa
kurang.
Rasa
iri, benci, dengki, dendam merupakan sebagian dari pernyataan individu secara
keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Oleh karena itu, sering
alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami orang lain.
Sifat-sifat seperti itu adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan
manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah, dan putus asa.
Contoh
:
Datuk
Maringgih iri melihat kemajuan usaha Bagindo Sulaiman, ayah Siti Nurbaya.
Hatinya selalu gelisah, takut usahanya akan mati, kalah bersaing. Karena itu,
ia menyuruh orang agar membakar toko Bagindo Sulaiman. (Siti Nurbaya –
Marah Rusli).
2.2
Kegelisahan,
Pengaruhnya, dan harapan
Kegelisahan yang terjadi pada seorang akan
berpengaruh secara psikologis, tidak hanya pada kehidupan pribadinya, tetapi
juga pada kehidupan orang lain, yaitu anggota keluarga, masyarakat umunya.
Seorang oknum pejabat dituduh menyalahgunakan kekuasaan (korupsi), sedang
istirahat dirumahnya didatangi petugas yang diperintahkan untuk menangkap dan
menahan dirinya. Suasana menjadi tidak menentu, apa memang benar bapak itu
menyeleweng, padahal sehari-hari dia dikenal sebagai bapak yang baik, ramah,
suka menolong sesama, dan kehidupannya biasa-biasa saja. Karena keadaan ini,
tidak hanya bapak yang gelisah, tetapi juga istri, anak-anak, tetangga, serta
masyarakat kelompok pengajiannya pun ikut gelisah.
Suami
istri yang baru berumah tangga dan bergaya mewah, pindah rumah ketempat yang
baru, tidak mau berkenalan dengan tetangga sekitar, bersikap tidak peduli,
serta sikapnya yang angkuh dan sombong. Pada waktu ulang tahun istrinya,
pasangan ini mengadakan pesta makan malam dan mengundang secar selektif
tetangganya yang setara dengan kehidupan mereka. Rupanya tetangga mereka
mengetahui prilaku diskriminatif pasangan tersebut. Ketika pesta makan malam
itu diadakan tepat pukul 19.00, semua hidangan sudah disajikan. Akan tetapi,
ditunggu sampai pukul 21.00 tidak seorangpun tamu yang hadir. Istri duduk
termenung sambil sesekali memandang makanan terhampar rapi dimeja makan
sementara suami mondar-mandir sekitar meja makan sambil sesekali memandang kerah pintu. Dia gelisah, istrinya gelisah,
mereka merasa terasing dari masyarakat lingkungan akibat prilaku mereka
sendiri.
Berdasarkan
2 (dua) contoh yang sudah diungkapkan tersebut, dapat dinyatakan bahwa
kegelisahan pada dasarnya dapat terjadi karena suasananya yang tidak pasti
(ketidakpastian), merasa terasing (keterasingan), merasa sepi (kesepian) akibat
sikap dan perbuatan sendiri. Dampaknya dapat diperkirakan, ancaman kemungkinan
kehilangan harga diri atau martabat dimata tetangga, kehilangan nama baik
dimata masyarakat, jabatan dikantor, taupun kehilangan kekayaan.
Suasana
yang tidak pasti (ketidakpastian) dalam contoh diatas dapat dilihat pada
pertanyaan, “ apa benar bapak itu menyeleweng?” orang bertanya demikian karena
memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan sehari-hari bapak itu sebagai
orang baik, suka menolong, hidup sederhana, dan tidak berlebih-lebihan. Keterasingan,
jelas dapat diketahui dari sikap angkuh, sombong, tidak mau dikenal, dan tidak
peduli kepada tetangga nya sekitarnya, yang mengakibatkan pasangan itu dijauhi
tetangga ataupun dan teman-teman. Kesepian, dapat diamati dari suasana suami
istri yang dijauhi tetangga ataupun teman. Mereka akan merasakan kesepian jika
tidak mengubah tingkah laku kepada masyarakat sekitar.
Ancaman
kemungkinan akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga dapat diketahui dari
“tuduhan dan penyalahgunaan kekuasaan” dengan diikuti “penangkapan dan
penahanan”, “undanganselektif” yang
diikuti oleh “ketidakhadiran para undangan”.
Ketidakpastian,
keterasingan, dan kesepian tidak selalu berdiri sendiri-sendiri, dapat terjadi
kait mengait satu sama lain. Misalnya, keterasingan dapat membuat orang
kesepian, tetapi kesepian belum tentu membuat orang dalam keterasingan. Orang
yang mengalami ketidakpastian merasa
gelisah, tetapi dia tidak kesepian dan atau terasing. Ketiga faktor penyebab
kegelisahan ini harus mengenai nilai-nilai kemanusian yang bersifat unik, yaitu
menyentuh harkat dan martabat manusia. Kegelisahan dalam arti sehari-hari yang
tidak unik, tidak menyentuh harkat dan martabat manusia tidak termasuk dalam
ketiga konsep tersebut.
Kegelisahan
selalu mengarah pada suasan negatif atau ketidaksempurnaan, tetapi mempunyai
harapan. Dikatakan negatif atau ketidaksempurnaan karena menyentuh nilai-nilai
kemanusian yang dapat menimbulkan kerugian atau kehilangan. Kegelisahan juga
mengarah pada suasana positif atau optimis karena masih ada harapan bebas dari
kegelisahan, yang mendorong manusia mencari kesempurnaan dan mendorong menjadi
kreatif dan produktif.
2.3
Faktor
Penyebab Kegelisahan
2.3.1
Ketidakpastian
Ketidakpastian
berasal dari kata “tidak pasti” artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua,
atau apa yang dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu
semua akibat pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu
disebabkan oleh berbagai sebab, yang paling utama adalah kekacauan
pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap
orang hidup pasti pernah mengalaminya, Bahkan anak kecil sekalipun pernah
mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis
kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak
ayam yang kehilangan induknya.Menurut Siti Meichati dalam bukunya
Kesehatan Mental menerangkan beberapa penyebab seseorang tak dapat berpikir
dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah :
a) Obsesi
Obsesi
merupakan gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang
terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau penyebab
lain yang tidak diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang
yang ingin menjatuhkan dia.
Contoh
:
Seorang
pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kswan yang ingin
menjatuhkannya. Pikirannya itu semakin menjadi-jadi, apalagi setelah ia
mengalami kerugian.
b) Phobia
Yaitu
rasa ketakutan yang takterkendalikan atau tidak normal terhadap sesuatu hal
atau kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya.
Contoh
:
Orang
yang takut terhadap tempat yang tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus
menelusuri jalan mendaki. Sesampainya di puncak ketinggian, ia ketakutan luar
biasa.
c) Kompulasi
Ialah
adanya keraguan yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakannya, sehingga ada
dorongan yang tidak disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang
serupa berulang kali.
Contoh
:
Keinginannya
mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tidak bermanfaat baginya,
dan ia mampu andaikata ingin membelinya.
d) Histeria
Ialah
neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental kekecewaan, pengalaman pahit
yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari
sikap orang lain.
Contoh
:
Neneng,
seorang gadis yang cukup manis, suatu hari melihat pacarnya berjalan-jalan
dengan seorang gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di
hatinya dan setibanya di rumah dia beteriak histeris.
e) Delusi
Menunjukan
pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat
memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan
pengalaman.
Ada
tiga macam delusi, yaitu :
e.a
Delusi persekusi : menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya.
Akibatnya, banyak orang menjauhinya.
e.b Delusi
keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti ini
biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak penting.
Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi.
e.c
Delusi melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat
mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens., hilangnya
kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan ingatannya
sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah
dialami.
f) Halusinasi
Khayalan
yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium)
dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat
juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang
mabuk atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa
mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya.
Ini tampak pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari
perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri).
Contoh
:
Atang
memang seorang peminum. Bila sedang marah, ia makin banyak minumnya sehingga
mabuk dan mengoceh (berbicara) tidak menentu.
g) Keadaan emosi
Dalam
keadaan tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah
menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan,
pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah.
Sikapnya bisa apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam
gerakan-gerakan lari-larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat
pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah,
resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung
menyendiri. Orang seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan
baik.
Untuk
mengatasi atau menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu mencari penyebabnya.
Andaikata telah diketahui penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut tidak
hilang, penderita perlu diajak ke psikolog.
2.3.2Keterasingan
Keterasingan
berasal dari kata terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti
sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari
pergaulan, terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan
berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari
yang lain atau terpencil. Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah
keterasingan, yang jelas ia merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian
dari hidup manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun
memiliki sifat universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal
perbedaan manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami
keterasingan ini, meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.
Contoh :
a)
Jaksa Penuntut Umum
menganggap Tahir Bin Jarot sebagai keturunan penjahat. Ia menjadi penjahat,
karena dalam darahnya mengalir darah penjahat. Ia sangat berbahaya, karena itu
ia harus dibuang ke Nusa Kambangan selama 7 tahun. Di sana ia mengalami
keterasingan
b)
Murni gadis lincah,
bebas, dan pandai bergaul. Kawannya banyak dan hilir mudik bergantian datang
dan mengajak pergi. Pada suatu hari tersiar berita ia mendapat “kecelakaan”.
Sejak itu ia tidak pernah menampakkan diri dan tak ada kawan yang hilir mudik
datang berkunjung dan mengajak pergi. Ia menyembunyikan diri di kamar, malu
keluar. Ia hidup dalam keterasingan.
2.3.2.1
Sebab-sebab
keterasingan adalah :
a) Perbuatan
yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, antara lain mencuri, bersikap angkuh
atau sombong. Sikap dan perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai
dengan aspirasi orang lain, lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti
masyarakat kita ini, bilamana ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan
timbul jarak antara orang satu dengan lainnya. Ketidaksesuaian ini bisa jadi
timbul lantaran seseorang menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang
lain negatif seperti misalnya sombong, menganggap dirinya lebih tinggi,
angkuh, kaku, pemarah, dan semacamnya.Sikap yang sejenis dengan angkuh atau
sombong ialah sikap kaku, pemarah, dan suka berkelahi. Sikap seperti itu
menjauhkan kawan dan mendekatkan lawan. Orang segan berkawan dengan orang yang
bersikap seperti itu, sebab takut terjadi konflik batin atau konflik fisik.
b) Sikap
rendah diri
Sikap rendah diri
menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap atau merasa
dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau kurang
mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder. Jadi, bukan
orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri,
tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara
lain kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya,
dan karena kesalahan perbuatannya , berikut penjelasannya.
b.a
Keterasingan karena cacat fisik
Cacat fisik tidak perlu
membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak Tuhan. Namun, seringkali
manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa malu anak atau cucunya cacat
fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam
keterasingan.
b.b
Keterasingan karena
sosial ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah
adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan dan tidak boleh
pula merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang minim. Namun dalam
kenyataan lain keadaannya, orang-orang yang tergolong lemah ekonominya
seringkali merasa rendah diri. Akibatnya orang-orang kaya sering membanggakan
kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.
b.c Keterasingan karena rendah pendidikan
Banyak juga orang yang merasa
rendah diri karena rendah pendidikannya dan tidak dapat mengikuti jalan pikiran
orang yang berpendidikan tinggi dan banyak pengalaman.Dalam pergaulan
orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang berpengalaman biasanya
menyendiri, mengasingkan diri karena merasa sulit menempatkan diri. Ingin
bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut jawabannya tidak benar.
Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.
Akan
tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak
pintar dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.
Contoh
:
b.c.a Akil yang merasa
berpendidikan rendah, tidak mau bercakap-cakap dengan tamu dalam pertemuan itu.
Apalagi tamu-tamu itu sebentar-sebentar mempergunakan bahasa asing yang belum
pernah didengarkannya. Ia merasa makin takut meskipun pakiannya tidak kalah
dengan mereka karena pendidikan dan pengalamannya jauh lebih rendah dari
mereka. Karena itu ia menghindarkan diri dan menyendiri saja.
b.c.b Lain halnya dengan
Dodo, biarpun pendidikannya rendah, ia tidak perduli. Dalam pertemuan ia tanya
sini tanya sana, sehingga tidak jarang membuat orang heran, sebab pertanyaan
tidak dapat dimengerti sebaliknya bila ditanya lain pula jawabannya. Akhirnya
ia kurang diperhatikan orang dan tersisihkan dari pergaulan.
b.d
Keterasingan karena
perbuatannya
Orang terpaksa hidup
dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit, bila melihat
orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari perbuatannya, yang tidak bisa
diterima oleh masyarakat lingkungannya. Banyak perbuatan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat.
Contoh :
Selama ini Tn. Adi
terkenal sebagai orang terhormat. Semua penduduk di wilayahnya mengenal siapa
Tn. Adi, pegawai tinggi suatu instansi, ramah, dan dermawan. Tiba-tiba tersiar
berita di koran bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi milyaran. Dengan adanya berita
itu, Tn. Adi tidak pernah keluar, apalagi bergaul. Setiap ada undangan tidak
pernah datang. Ia mengurung diri di rumah, hidup dalam keterasingan.
b.d.a Takut kehilangan
hak
Contoh :
1)
Oyong mempunyai sifat
pemarah, sebentar-bentar menantang orang dan mengajaknya berkelahi. Ia
menganggap lawannya pasti kalah. Ia tak kenal istilah musyawarah, akibatnya
semua teman-temannya perlahan-lahan menjauhinya, sehingga ia terasing dari
pergaulan.
2)
Dede seorang anak
anggota militer. Setiap bertengkar dengan kawan-kawannya selalu membawa nama
bapaknya, sehingga kawan-kawannya segan bergaul dengannya. Akibatnya ia tak
berkawan, hidup hanya dengan keluarganya sendiri, ia hidup dalam keterasingan.
Jadi,
bila kita renungkan, orang hidup dalam keterasingan karena takut kehilangan
haknya. Seperti halnya Oyong yang merasa takut kehilangan hak nama baiknya. Ia
merasa lebih dari orang lain, sehingga bila ada orang yang melebihinya, ia
segera mengajaknya berkelahi. Demikian Marni, karena perbuatannya yang
melanggar susila, ia takut kehilangan hak nama baiknya.
b.d.b Kerinduan
Kadang-kadang
keterasingan disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang begitu hebat baik
terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu tempat. Adalah
satu hal yang wajar apabila seseorang yang berada jauh dari keluarga akan
merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap keluarganya. Dalam kondisi yang
demikian ini tidak heran kalau kemudian yang bersangkutan merasa terasing,
kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi kebutuhannya.
2.3.3
Kesepian
Kesepian
berasal dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang
atau kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan
sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi.
Contoh :
a)
Setelah anaknya yang
telah menikah itu memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa kesepian.
b)
Setelah tembakan gencar
itu berhenti, jalan-jalan tampak sepi. Orang-orang takut keluar, bahkan suara
deru mobil pun tak kedengaran.
c)
Karena pak Parman dan
ibu Parman kurang bergaul, ditambah keadaan hari itu hujan lebat, maka resepsi
perkawinan anaknya sepi, tamu kurang sekali.
Setiap
orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup
manusia. Lama atau sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental
orang dan kasus penyebabnya.
2.3.3.1
Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab
terjadinya kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang frustasi tidak
mau diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan
sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri.
Contoh :
Pangeran
Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan,
keramaian, dan keindahan. Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan
diluar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan istana dan pergi ke
hutan ke tempat yang lebih sunyi untuk mencari hakikat hidup.
Bila kita
perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa,
tetapi sebenarnya tidak sama, walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan
antara keduanya hanya terletak pada sebab akibat.
Kesepian
merupakan akibat dari keterasingan dan keterasingan sebagai akibat sombong,
angkuh, kaku, keras kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan.
Akibatnya, orang yang dijauhi itu hidup terasing, terpencil dari keramaian
hidup sehingga mereka merasa kesepian.
2.4 Usaha-usaha Mengatasi Kegelisahan
Kegelisahan nyatanya membuat pikiran dan
perasaan seseorang merasa tidak nyaman. Ada beberapa usaha – usaha yang perlu
kita ketahui untuk mengatasi kegelisahan, diantara nya :
1) Bersikap tenang
Tenang merupakan
sikap mengontrol perasaan menjadi rileks. Pada saat seseorang merasa gelisah,
sikap tenang dapat membantu menghilangkan atau mengurangikegelisahan dengan me
rileks kan perasaan serta fikiran.
2)
Intropeksi diri
Pada saat
gelisah, intropeksi diri sangat diperlukan untuk membantumenghilangkanperasaan
gelisah. Dengan adanya intropeksi diri seseorang akan mulai berfikir apa
penyebabkegelisahan nya dan bagaimana cara menyelesaikanpermasalahan nya tanpa
harusmerasa gelisah.
3) Berserah diri kepada Tuhan
Kegelisahan terkadang membuat diri seseorang lupa akan ada nya Tuhan
yang selalu siap membantu . Apapun yang membuat kita gelisah, apabila kita
memasrahkan diri kepada tuhan kemungkinan tuhan akan memberikan jalan keluardari kegelisahan yang kita alami.
yang selalu siap membantu . Apapun yang membuat kita gelisah, apabila kita
memasrahkan diri kepada tuhan kemungkinan tuhan akan memberikan jalan keluardari kegelisahan yang kita alami.
4) Bercerita kepada seseorang
Apabila sedang mengalami kegelisahan, alangkah baik nya apabila seseorang
dapat menceritakan permasalahan yangmembuatnya gelisah. Dengan adanya bercerita
kepada seseorang, permasalahan yangsedang dialami bisa mendapatkankan pendapat
ataupun saran. Jadi kemungkinan kegelisahan tidak akan bertambah dengan adanya
pendapat atau saran yang diterima.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegelisahan
selalu mengarah pada suasana negatif
atau ketidaksempurnaan, tetapi
mempunyai harapan. Kegelisahan mempunyai arti negatif apabila seseorang tidak
mampu keluar dari kegelisahan itu
sendiri atau keadaan gelisah, tetapi bagi seseorang yang mampu keluar dari
kegelisahan itu , maka merupakan suatu
arti positif yang mana seseorang merasa optimis karena masih ada harapan
bebas dari kegelisahan, yang mendorong manusia mencari kesempurnaan dan
mendorong menjadi kreatif dan produktif.
3.2 saran
Penulis
mengaharapkan kritikan atau masukan dari pembaca, baik itu mengenai sistematika
penulisan, format penulisan, dan juga ketepatan materi yang disajikan hal ini
diperlukan untuk perbaikan makalah ini sehingga menjadi sebuah makalah yang
benar, baik itu secara sistematika penulisan, format penulisan dan ketepatan
materi.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad
Abdulkadir,2005. Ilmu sosial budaya dasar, Bandung: PT.
Citra aditya bakti.
Did you realize there is a 12 word phrase you can communicate to your crush... that will induce deep emotions of love and impulsive attraction for you deep inside his heart?
BalasHapusThat's because deep inside these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, idolize and protect you with his entire heart...
12 Words That Trigger A Man's Desire Instinct
This impulse is so built-in to a man's mind that it will drive him to work harder than before to make your relationship the best part of both of your lives.
Matter-of-fact, fueling this powerful impulse is so essential to achieving the best ever relationship with your man that the moment you send your man one of the "Secret Signals"...
...You will instantly notice him open his mind and soul to you in such a way he never expressed before and he will identify you as the one and only woman in the universe who has ever truly interested him.