MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
KEBUTUHAN DASAR REMAJA
DosenPengampu
: Emilda S.Pd, M.Pd.
Oleh:
Rini Delmasari
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN
TAHUN 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Setiap manusia memiliki kebutuhan (fisiologis, psikologis
dan sosiologis) yang memerlukan pemenuhan. Semua orang berusaha dengan berbagai
sikap dan tingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya itu. Menurut Abraham Maslow,
suatu kebutuhan dinamakan “dasar” jika memenuhi lima syarat berikut ini:
- Apabila hal yang dibutuhkan itu tidak ada/tidak terpenuhi, maka menimbulkan penyakit atau gangguan.
- Apabila yang dibutuhkan itu ada/terpenuhi, maka dapat mencegah terjadinya penyakit.
- Apabila seseorang mampu mengendalikan terpenuhinya kebutuhan tersebut, maka akan dapat menyembuhkan penyakit atau menghilangkan timbulnya gangguan pada dirinya.
- Dalam beberapa situasi tertentu yang kompleks, kebutuhan ini lebih dipilih atau lebih penting oleh orang yang berada dalam keadaan kekurangan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.
- Kebutuhan ini tidak begitu aktif atau menonjol secara fungsional pada kondisi normal atau sehat. Dikatakan sehat adalah orang yang prioritas kebutuhannya sudah berada pada pengembangan potensi atau aktualisasi diri.
Remaja sebagai salah satu tahap perkembangan manusia juga
memiliki berbagai kebutuhan yang sama seperti diatas. Dimana remaja adalah
tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh
pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar
dan dalam itu membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku,
kesehatan serta kepribadian remaja.
Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi
condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok
tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta
persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap sebagai
anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta
dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai
kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Dalam pandangan Islam seorang manusia
bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya.
Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak
baik akan berdosa.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di
bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan uang
sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa)
mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual
yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai
integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri
khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Dari
uraian diatas kami tertarik untuk membahas tentang jenis-jenis kebutuhan
remaja, yang kemudian kami rangkum dalam bentuk makalah ini.
B.
Batasan dan Rumusan Masalah
Makalah
ini hanya mengkaji pokok bahasan tentang jenis-jenis kebutuhan remaja dalam
perkembangannya, fokus dalam penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan:
- Kebutuhan dasar manusia
- Kebutuhan khas pada usia remaja
- Usaha atau tindakan yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan remaja
- Akibat yang timbul apabila kebutuhan remaja tidak terpenuhi.
C.
Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memberikan wawasan yang utuh, komprehensip dan mendalam tentang kebutuhan
remaja yang kaitannya dalam proses pembelajaran.
D.
Manfaat Pembuatan Makalah
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca
khususnya para calon pendidik memiliki dan mengerti akan wawasan yang utuh,
komprehensif dan mendalam tentang kebutuhan remaja itu sendiri sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam kegiatan pendidikan yang real di keluarga, sekolah dan
masyarakat pada umumnya.
E.
Metode Pembuatan Makalah
Kami
membuat makalah ini dengan beberapa metode antara lain :
1.
Kepustakaan
yaitu mencari buku-buku yang berkaitan dengan materi yang kami bahas.
2.
Pencarian
ilmu dan teori yang berkaitan dengan materi yang kami bahas melalui Internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kebutuhan Dasar Manusia
Setiap manusia memiliki kebutuhan (Fisiologis, Psikologis,
dan Sosiologis) yang memerlukan pemenuhan. Semua orang berusaha dengan berbagai
sikap dan tingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya itu. Demikian pula remaja
memiliki tingkah laku yang khas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila ada
kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan berbagai bentuk
penyimpangan tingkah laku bagi individu yang bersangkutan. Oleh karena itu
perlu dilakukan berbagai upaya oleh semua pihak yang terkait, seperti orang
tua, guru/sekolah untuk memenuhi kebutuhan remaja tersebut.
Tiga jenis kebutuhan manusia tersebut juga disebut kebutuhan
dasar, karena semua manusia dalam segala usia memerlukan dan membutuhkan
pemenuhannya. Menurut Abraham Maslow (dalam Bill S. Reksadjaya, 1981), suatu
kebutuhan dinamakan “Kebutuhan Dasar” jika memenuhi lima syarat berikut ini:
- Apabila hal yang dibutuhkan itu ada/tidak terpenuhi, maka penyakit atau gangguan.
- Apabila yang dibutuhkan itu ada/terpenuhi, maka dapat mencegah terjadinya penyakit.
- Apabila seseorang mampu mengendalikan terpenuhinya kebutuhan tersebut, maka akan dapat menyembuhkan penyakit atau menghilangkan timbulnya gangguan pada dirinya.
- Dalam beberapa situasi tertentu yang kompleks, kebutuhan ini lebih dipilih atau lebih penting oleh orang yang berada dalam keadaan kekurangan disbanding dengan kebutuhan yang lain.
- Kebutuhan ini tidak begitu aktif atau menonjol secara fungsional pada kondisi normal atau sehat. Menurut Maslow orang dikatakan sehat adalah orang yang prioritas kebutuhannya sudah berada pada pengembangan potensi atau aktualisasi diri.
Maslow
(dalam Bill S. Reksadjya, 1981) merumuskan kebutuhan manusia terdiri dari lima
jenis dan berjenjang. Teorinya terkenal dengan “ Hirarki Kebutuhan” manusia.
Disebut dengan hirarki, karena pemenuhan kebutuhan dilakukan secara berjenjang
sesuai dengan yang lainnya untuk segera dipenuhi. Apabila kebutuhan pertama
telah terpenuhi dengan baik maka ranking prioritas yang terbesar berikutnya
adalah jenis kebutuhan kedua, yaitu kebutuhan rasa aman, dan seterusnya hingga
kebutuhan kelima. Lima jenis kebutuhan menurut Maslow itu, diuraikan secara
rinci pada pembahasan berikut ini.
- Kebutuhan Fisiologis
Dari lima kebutuhan itu, kebutuhan yang mendapat
perhatian lebih besar dibanding dengan kebutuhan lainnya untuk segera dipenuhi
adalaah kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik kebutuhan ini juga
diistilahkan dengan ‘’kebutuhan fislologis’’ contoh dari jenis kebutuhan ini
antara lain kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, seks, udara segar,
istirahat, dan sejenisnnya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang berada pada
level paling utama untuk kelangsungan hidup manusia.
2.
Kebutuhan
Rasa Aman
Kebutuhan rasa aman dan tentram juga disebut dengan istilah
“safety needs” rasa aman yang bersifat psikis, seperti dikatakan oleh steers
dan porter (1987) yaitu aman dalam bentuk lingkungan emosional. Aman berarti
terbebas dari gangguan dan ancaman, serta permasalahan yang dapat mengganggu
ketenangan hidup seseorang. Bebas dari ancaman yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup sehari-hari.
3.
Kebutuhan
akan Rasa Cinta dan Memiliki atau Kebutuhan Sosial
Kebutuhan rasa cinta dan memiliki atau “love and belongingness
needs”. Kebutuhan ini dapat berupa perasaan diterima oleh orang lain, merasa
dirinya berguna bagi orang lain, diikutsertakan dalam kelompoknya,
mengembangkan persahabatan dan sejenisnya. Orientasi pemenuhan kebutuhan ini
cenderung pada terciptanya hubungan sosial yang harmonis dan kepemilikan.
4.
Kebutuhan
Harga Diri
Jenis kebutuhan yang keempat ini juga disebut dengan “self
esteem needs”. Setiap manusia membutuhkan pengakuan secara layak atas
keberadaanya bagi orang lain. Hak dan martabatnya sebagai manusia tidak
dilecehkan oleh orang lain, bilamana terjadi pelecehan harga diri, maka setiap
orang akan marah atau tersinggung. Beberapa bentuk kebutuhan ini antara lain
adalah ingin memiliki citra diri positif, menerima pengakuan, penghargaan dan
perhatian dari orang lain (Steers dan Porter 1987). Oleh karena itu guru tidak
baik kalau suka (meng-erosikan) harga diri siswanya.
Secara tidak disadari hal ini sering terjadi di sekolah seperti guru suka
mempermainkan nama seseorang yang dianggap aneh dan/atau memberikan panggilan
yang tidak menyenangkan bagi orang yang bersangkutan. Hal ini dapat
dirasakan
merendahkan harga dirinya. Sebagai contoh guru memnggil seorang siswa yang
badannya kurus dengan panggilan “si krempeng”. Anak yang rambutnya keriting
dipanggil “si kribo” dan banyak lagi contoh yang lain yang tidak normatif bagi
tindakan seorang pendidik. Untuk itu perlu dihindarkan memberi label yang tidak
disenangi bagi orang lain.
5.
Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Jenis kebutuhan yang kelima ini diistilahkan dengan ‘’self
actualization needs’’. Setiap orang memiliki potensi dan potensi itu perlu
pengembangan dan pengaklualisasian. Orang akan menjadi puas dan citra dirinya
positif apabila dapat mewujudkan potensi – potensi yang dimiliki dengan baik.
Orang akan merasa bahagia dan puas bilamana dapat mewujudkan peran dan tanggung
jawabnya dengan baik. Contohnnya seorang mahasiswa dapat berprilaku atau
menampilkan diri sebagaimana layaknya seorang mahasiswa dalam kehidupannya
sehari – hari.
Kebutuhan
tersebut secara hirarki dapat digambarkan sebagai berikut
Demikianlah uraian dan pembahasan kebutuhan menurut
teori maslow. Tinjauan ini bukan satu – satunya teori yang
digunakan untuk menjelaskan tentang kebutuhan dasar manusia, tetapi masih
banyak lagi ahli lain yang mengemukakan teori tentang kebutuhan manusia.
Menurut
Jumhur dan Moh. Surya (1975) ada Sembilan jenis kebutuhan manusia, yaitu:
1. Kebutuhan untuk memperoleh kasih
sayang
2. Kebutuhan untuk memperoleh harga
diri
3. Kebutuhan untuk memperoleh prestasi
dan posisi
4. Kebutuhan untuk memperoleh
penghargaan yang sama dengan orang lain
5. Kebutuhan untuk memperoleh
kemerdekaan diri
6. Kebutuhan untuk memperoleh rasa aman
dan perlindungan diri
7. Kebutuhan untuk memperoleh dikenal
diri
8. Kebutuhan untuk merasa dibutuhkan
oleh orang lain
9. Kebutuhan untuk menjadi bagian dari
kelompoknya
Apabila ada salah satu atau lebih kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi , maka akan menimbulkan berbagai permasalahan dalam kehidupan
seseorang perlu diketahui bahwa kadar kepuasan atas pemenuhan setiap kebutuhan
itu untuk setiap orang berbeda – beda. Namun pada prinsipnya semua kebutuhan
itu memerlukan pemenuhan selanjutnya.
Mc Clelland mengemukakan ada tiga jenis kebutuhan manusia
yaitu needs for achievement, needs for power, needs for offiliation. Ahli lain
yaitu Murray (dalam Steers & Porter.1987) merumuskan 13 kebutuhan
manusia yaitu needs achievement, offiliation, aggression, autonomy, endurance,
exhibition, harm avoldance, impulsivity, order, power, succorence,
dan understanding.
B.
Kebutuhan Khas pada Usia Remaja
Remaja memiliki beberapa jenis kebutuhan yang lebih menonjol
untuk mendapatkan perhatian dan pemenuhan dibanding dengan
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Ini bukan berarti bahwa kebutuhan dasarnya lalu
menjadi hilang. Menurut Andi Mappiare (1982) ada dua jenis kebutuhan remaja,
yaitu:
1. Kebutuhan Primer, menyangkut
kebutuhan makan, minum, tidur, dan lain-lain.
2. Kebutuhan Sekunder, berupa kebutuhan
untuk dihargai, untuk mendapat pujian, memperoleh kedudukan dalam kehidupan
orang lain, menghasilkan sesuatu, dan sebagainya.
Rumusan jenis kebutuhan remaja dikemukakan oleh Komisi
Perencanaan Pendidikan pada National Education Assosiation American
(dikutip Andi Mappiare: 1982) mengemukakan beberapa kebutuhan yang bersifat
khas pada usia remaja sebagai berikut:
1. Remaja merasa butuh untuk
mengembangkan keterampilan yang dapat digunakan sebagai bekal untuk bekerja
(yang menghasilkan uang).
2. Remaja sangat memerlukan informasi
untuk memelihara kesehatan dan kesegaran fisiknya.
3. Remaja membutuhkan suatu informasi
atau pengetahuan tentang hak dan kewajiban seorang warga Negara yang baik.
4. Memerlukan pengetahuan tentang
masalah keluarga dan maknanya bagi individu maupun masyarakat.
5. Perlu pengetahuan dan informasi
bagaimana memperoleh dan memanfaatkan fasilitas yang ada dan bagaimana cara
pemeliharaannya.
6. Butuh informasi tentang peranan Ilmu
Pengetahuan (Science) bagi kehidupan manusia.
7. Membutuhkan peresapan makna
(apersepsi) dan penghargaan terhadap seni, musik, dan keindahan alam.
8. Memerlukan informasi bagaimana cara
memanfaatkan waktu luangnya dengan bauk.
9. Membutuhkan pengetahuan tentang cara
mengembangkan rasa hormat (respect) pada orang lain.
10. Membutuhkan wawasan dan pengetahuan
untuk mampu berfikir secara rasional.
Jenis-jenis kebutuhan tersebut sangat diperlukan untuk bekal
awal bagi remaja dalam mensikapi lingkungannya dengan sangat baik agar mereka
dapat diterima oleh lingkungannya. Dengan penguasaan dan pemenuhan kebutuhan
itu, remaja dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan lingkungan mereka. Disamping
rumusan tersebut, ada tujuh jenis kebutuhan khas remaja yang dikemukakan oleh
Garrison (dikutip oleh Andi Mappiare: 1982) yaitu:
1.
Kebutuhan
untuk memperoleh kasih saying
2.
Kebutuhan
untuk diikutsertakan dan diterima oleh kelompoknya.
3.
Kebutuhan
untuk mampu mandiri.
4.
Kebutuhan
untuk mampu berprestasi.
5.
Kebutuhan
untuk memperoleh pengakuan dari orang lain.
6.
Kebutuhan
untuk dihargai
7.
Kebutuhan
untuk mendapatkan falsafah hidup.
Urgensi dari setiap kebutuhan tersebut antara individu yang
satu dengan yang lainnya tidak sama persis, karena dipengaruhi oleh faktor
individu, faktor sosial, faktor kultural, dan faktor religius (termasuk
nilai-nilai yang dianut). Masing-masing faktor tersebut dapat mewarnai tinggi
rendahnya tingkat pengharapan atas pemenuhan setiap kebutuhan tersebut.
C. Usaha-Usaha
yang Dapat Dilakukan Orang Tua dan Guru untuk Memenuhi Kebutuhan Remaja.
Pemenuhan kebutuhan sosial-psikologis sama pentingnya dengan
pemenuhan kebutuhan fisiologis. Apabila kebutuhan makan, minum tidak terpenuhi,
akibatnya orang akan mati karenanya. Begitu pula halnya kebutuhan
sosial-psikologis tidak terpenuhi dengan baik, secara tidak langsung dapat
menimbulkan permasalahan bagi yang bersangkutan dan dapat pula mempercepat
kematian.
Menurut Andi Mappiare (1982) apabila kebutuhan
sosial-psikologis tidak terpenuhi, maka akan mengakibatkan timbulnya rasa tidak
puas, menjadi frustasi, dan terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap
positif terhadap lingkungan masyarakat dan dirinya, sehingga merasa tidak
berarti dalam hidupnya. Sebaliknya bilamana kebutuhan tersebut terpenuhi dengan
baik, maka dapat mewujudkan keseimbangan pribadi, serta menimbulkan rasa
gembira, harmonis dan menjadi orang yang produktif untuk kepentingan dirinya
maupun kepentingan orang lain.
Medinnus dan Johnson (1976) menyatakan kehangatan dan kasih
sayang orang tua dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian yang kuat dan akan
berkembang lebih baik bilamana mereka remaja.
Lingkungan keluarga dan guru/sekolah mempunyai peranan
penting dalam mengarahkan sikap dan perilaku untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh
karena itu pihak-pihak tersebut perlu melakukan berbagai usaha membantu
memenuhi kebutuhan remaja, agar tidak menimbulkan kesulitan atau permasalahan
bagi remaja. Sebagai pedoman berikut ini disampaikan saran-saran yang dapat
dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan remaja.
1.
Meningkatkan
iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, melalui ceramah dan kegiatan
kerohanian lainnya.
2.
Memberikan
bimbingan kepada remaja/siswa untuk mencapai cita-citanya dengan penuh kasih
sayang, sehingga dapat menimbulkan citra positif.
3.
Memberikan
contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari, untuk dapat dijadikan sebagai
model bagi remaja sesuai dengan peran jenis kelaminnya masing-masing.
4.
Menyediakan
fasilitas yang memadai untuk membantu remaja mengembangkan potensinya kea rah
positif dan bermanfaat bagi remaja itu sendiri dalam hidupnya.
5.
Menghargai
dan memperlakukan remaja sebagai individu yang sedang berkembang menuju
kedewasaannya.
6.
Membantu
remaja mengatasi problem-problem yang sedang dialami, agar tidak menimbulkan
dampak negatif dalam kehidupannya.
7.
Mengikutsertakan
remaja dalam mengatasi masalah (keluarga, sekolah) yang memerlukan pemecahan
sesuai dengan batas-batas kemampuannya.
8.
Sekolah
perlu menyediakan sarana/fasilitas dan program kegiatan yang dapat berfungsi
sebagai wahana untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
9.
Sekolah
perlu melakukan berbagai kegiatan kelompok sebagai wahan untuk mengembangkan
sifat kebersamaan dan memenuhi kebutuhan, diikutsertakannya dalam kelompok.
10.
Membimbing
dan memberi kesempatan untuk berprestasi melalui berbagai kegiatan ko-kurikuler
maupun ekstra-kurikuler.
D.
Pengaruh Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi Terhadap Tingkah Laku Remaja
Apabila kebutuhan remaja tidak terpenuhi akan timbul
perasaan kecewa atau frustasi perasaan konflik dan kecewa dapat dipastikan
terjadi pada siswa remaja yang berupaya untuk mencapai dua tujuan yang
bertentangan. Misalnya remaja yang berprilaku preman dengan tujuan ditakuti
kelompoknya dan sekaligus bersikap terpelajar dengan tujuan dihormati akan
menemui kesulitan dalam hidupnya. Siswa remaja yang kebutuhan-kebutuhannya
tidak terpenuhi dapat melakukan tingkah laku mempertahankan diri seperti
tingkah laku agresif, egosentris, dan menarik diri.
Usaha memenuhi kebutuhan bagi remaja tidaklah mudah,
melainkan sangat rumit, kompleks dan bervariasi sebagai contoh kebutuhan remaja
yang sering kurang memperoleh kebutuhan adalah kebutuhan akan kasih sayang dari
orang tua maupun orang dewasa lainnya. Hal ini akan mengakibatkan remaja
cenderung mencari penyelesaiannya sendiri dengan cara membanci orang tua, suka
mencari perhatian orang lain, lebih betah berkumpul dengan teman sebayanya,
mencari orang lain sebagai pengganti orang tuanya, yang dapat memenuhi kebutuhannya
itu seperti gurunya, pemuka masyarakat, mencintai orang yang lebih dewasa dan
sebagainya.
Apabila kebutuhan sosial-psikologis tidak terpenuhi maka
akan mengakibatkan timbulnya rasa tidak puas, menjadi frustasi dan terhambatnya
pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya.
Sebagai contoh masa remaja disebut pula sebagai masa sosial hunger (kehausan
sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di
lingkungan kelompok sebayanya (per kelompok). Penolakan dari per kelompok dapat
menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah
diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan
bahkan menjadi.
idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan
dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan
kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya,
termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya
remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya
keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya
sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara
ekonomis. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk
mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing,
mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan
lingkungannya.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri
(self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan
menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika
remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas
atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem
kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada
masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia
menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang
yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi
akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak
problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar
dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua
pihak. Upaya untuk memfasilitasi perkembangan remaja menjadi amat penting.
Dalam hal ini, peranan orang tua, sekolah, serta masyarakat sangat diharapkan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa remaja sebagai masa pencarian identitas diri (self
identity) memerlukan kebutuhan khas, yaitu kebutuhan fisik dan psikologis.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut memerlukan pemenuhan, karena apabila setiap
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka reaksi-reaksi dan ekspresi emosional
yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada
timbulnya gejala-gejala menyimpang yang dapat mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya.
Orangtua pada lingkungan keluarga dan guru pada lingkungan
sekolah harus mampu berperan aktif dalam menyikapi tumbuh kembang anaknya pada
masa remaja dengan melakukan berbagai pendekatan, agar remaja bukan saja
menjadi seorang anak ataupun siswa tetapi juga bisa menjadi seorang
sahabat/teman bagi dirinya, sehingga kedekatan emosional antara orangtua atau
guru disekolah sebagai manusia dewasa dengan remaja dapat terjalin dengan baik.
B.
Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah sebagai calon pendidik
maka sebaiknya kita bisa memahami karakteristik dari peserta didik yang akan
kita didik suatu hari nanti sesuai dengan kebutuhan remaja yang telah diuraikan
diatas agar peserta didik dapat mencapai cita-cita yang diinginkannya, serta
agar pendidikan di Indonesia berkembang dengan baik sesuai dengan tujuan
pendidikan dalam UU No. 20 tahun 2003.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Mohammad, dkk. Psikologi
Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Alisuf Sabri,H.M.,Drs. Pengantar
Ilmu Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Ajar Atas Biaya Dipa
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2005.
Mudjiran, dkk. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press. 2007.
Sunarto,1995.Perkembangan Peserta didik.jakarta:PT
Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar