Kamis, 08 Januari 2015

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR REMAJA



MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
KEBUTUHAN DASAR REMAJA

DosenPengampu : Emilda S.Pd, M.Pd.







Oleh:
Rini Delmasari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia memiliki kebutuhan (fisiologis, psikologis dan sosiologis) yang memerlukan pemenuhan. Semua orang berusaha dengan berbagai sikap dan tingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya itu. Menurut Abraham Maslow, suatu kebutuhan dinamakan “dasar” jika memenuhi lima syarat berikut ini:
  1. Apabila hal yang dibutuhkan itu tidak ada/tidak terpenuhi, maka menimbulkan penyakit atau gangguan.
  2. Apabila yang dibutuhkan itu ada/terpenuhi, maka dapat mencegah terjadinya penyakit.
  3. Apabila seseorang mampu mengendalikan terpenuhinya kebutuhan tersebut, maka akan dapat menyembuhkan penyakit atau menghilangkan timbulnya gangguan pada dirinya.
  4. Dalam beberapa situasi tertentu yang kompleks, kebutuhan ini lebih dipilih atau lebih penting oleh orang yang berada dalam keadaan kekurangan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.
  5. Kebutuhan ini tidak begitu aktif atau menonjol secara fungsional pada kondisi normal atau sehat. Dikatakan sehat adalah orang yang prioritas kebutuhannya sudah berada pada pengembangan potensi atau aktualisasi diri.
Remaja sebagai salah satu tahap perkembangan manusia juga memiliki berbagai kebutuhan yang sama seperti diatas. Dimana remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.

Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Dalam pandangan Islam seorang manusia bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan uang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Dari uraian diatas kami tertarik untuk membahas tentang jenis-jenis kebutuhan remaja, yang kemudian kami rangkum dalam bentuk makalah ini.



B.     Batasan dan Rumusan Masalah
Makalah ini hanya mengkaji pokok bahasan tentang jenis-jenis kebutuhan remaja dalam perkembangannya, fokus dalam penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan:
  1. Kebutuhan dasar manusia
  2. Kebutuhan khas pada usia remaja
  3. Usaha atau tindakan yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan remaja
  4. Akibat yang timbul apabila kebutuhan remaja tidak terpenuhi.

C.    Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan wawasan yang utuh, komprehensip dan mendalam tentang kebutuhan remaja yang kaitannya dalam proses pembelajaran.

D.    Manfaat Pembuatan Makalah
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca khususnya para calon pendidik memiliki dan mengerti akan wawasan yang utuh, komprehensif dan mendalam tentang kebutuhan remaja itu sendiri sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan pendidikan yang real di keluarga, sekolah dan masyarakat pada umumnya.


E.     Metode Pembuatan Makalah
 Kami membuat makalah ini dengan beberapa metode antara lain :
1.      Kepustakaan yaitu mencari buku-buku yang berkaitan dengan materi yang kami bahas.
2.      Pencarian ilmu dan teori yang berkaitan dengan materi yang kami bahas melalui Internet.















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kebutuhan Dasar Manusia 
Setiap manusia memiliki kebutuhan (Fisiologis, Psikologis, dan Sosiologis) yang memerlukan pemenuhan. Semua orang berusaha dengan berbagai sikap dan tingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya itu. Demikian pula remaja memiliki tingkah laku yang khas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila ada kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan berbagai bentuk penyimpangan tingkah laku bagi individu yang bersangkutan. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya oleh semua pihak yang terkait, seperti orang tua, guru/sekolah untuk memenuhi kebutuhan remaja tersebut.
Tiga jenis kebutuhan manusia tersebut juga disebut kebutuhan dasar, karena semua manusia dalam segala usia memerlukan dan membutuhkan pemenuhannya. Menurut Abraham Maslow (dalam Bill S. Reksadjaya, 1981), suatu kebutuhan dinamakan “Kebutuhan Dasar” jika memenuhi lima syarat berikut ini:
  1. Apabila hal yang dibutuhkan itu ada/tidak terpenuhi, maka penyakit atau gangguan.
  2. Apabila yang dibutuhkan itu ada/terpenuhi, maka dapat mencegah terjadinya penyakit.
  3. Apabila seseorang mampu mengendalikan terpenuhinya kebutuhan tersebut, maka akan dapat menyembuhkan penyakit atau menghilangkan timbulnya gangguan pada dirinya.

  1. Dalam beberapa situasi tertentu yang kompleks, kebutuhan ini lebih dipilih atau lebih penting oleh orang yang berada dalam keadaan kekurangan disbanding dengan kebutuhan yang lain.
  2. Kebutuhan ini tidak begitu aktif atau menonjol secara fungsional pada kondisi normal atau sehat. Menurut Maslow orang dikatakan sehat adalah orang yang prioritas kebutuhannya sudah berada pada pengembangan potensi atau aktualisasi diri.
Maslow (dalam Bill S. Reksadjya, 1981) merumuskan kebutuhan manusia terdiri dari lima jenis dan berjenjang. Teorinya terkenal dengan “ Hirarki Kebutuhan” manusia. Disebut dengan hirarki, karena pemenuhan kebutuhan dilakukan secara berjenjang sesuai dengan yang lainnya untuk segera dipenuhi. Apabila kebutuhan pertama telah terpenuhi dengan baik maka ranking prioritas yang terbesar berikutnya adalah jenis kebutuhan kedua, yaitu kebutuhan rasa aman, dan seterusnya hingga kebutuhan kelima. Lima jenis kebutuhan menurut Maslow itu, diuraikan secara  rinci pada pembahasan berikut ini.
  1. Kebutuhan Fisiologis
Dari lima kebutuhan itu, kebutuhan  yang mendapat perhatian lebih besar dibanding dengan kebutuhan lainnya untuk segera dipenuhi adalaah kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik kebutuhan ini juga diistilahkan dengan ‘’kebutuhan fislologis’’ contoh dari jenis kebutuhan ini antara lain kebutuhan untuk  makan, minum, pakaian, seks, udara segar, istirahat, dan sejenisnnya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang berada pada level paling utama untuk  kelangsungan hidup manusia.


2.       Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan rasa aman dan tentram juga disebut dengan istilah “safety needs” rasa aman yang bersifat psikis, seperti dikatakan oleh steers dan porter (1987) yaitu aman dalam bentuk lingkungan emosional. Aman berarti terbebas dari gangguan dan ancaman, serta permasalahan yang dapat mengganggu ketenangan hidup seseorang. Bebas dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup sehari-hari.
3.      Kebutuhan akan Rasa Cinta dan Memiliki atau Kebutuhan Sosial
Kebutuhan rasa cinta dan memiliki atau “love and belongingness needs”. Kebutuhan ini dapat berupa perasaan diterima oleh orang lain, merasa dirinya berguna bagi orang lain, diikutsertakan dalam kelompoknya, mengembangkan persahabatan dan sejenisnya. Orientasi pemenuhan kebutuhan ini cenderung pada terciptanya hubungan sosial yang harmonis dan kepemilikan.
4.      Kebutuhan Harga Diri
Jenis kebutuhan yang keempat ini juga disebut dengan “self esteem needs”. Setiap manusia membutuhkan pengakuan secara layak atas keberadaanya bagi orang lain. Hak dan martabatnya sebagai manusia tidak dilecehkan oleh orang lain, bilamana terjadi pelecehan harga diri, maka setiap orang akan marah atau tersinggung. Beberapa bentuk kebutuhan ini antara lain adalah ingin memiliki citra diri positif, menerima pengakuan, penghargaan dan perhatian dari orang lain (Steers dan Porter 1987). Oleh karena itu guru tidak baik kalau suka     (meng-erosikan) harga diri siswanya. Secara tidak disadari hal ini sering terjadi di sekolah seperti guru suka mempermainkan nama seseorang yang dianggap aneh dan/atau memberikan panggilan yang tidak menyenangkan bagi orang yang bersangkutan. Hal ini dapat

dirasakan merendahkan harga dirinya. Sebagai contoh guru memnggil seorang siswa yang badannya kurus dengan panggilan “si krempeng”. Anak yang rambutnya keriting dipanggil “si kribo” dan banyak lagi contoh yang lain yang tidak normatif bagi tindakan seorang pendidik. Untuk itu perlu dihindarkan memberi label yang tidak disenangi bagi orang lain.
5.      Kebutuhan Aktualisasi Diri
Jenis kebutuhan yang kelima ini diistilahkan dengan ‘’self actualization needs’’. Setiap orang memiliki potensi dan potensi itu perlu pengembangan dan pengaklualisasian. Orang akan menjadi puas dan citra dirinya positif apabila dapat mewujudkan potensi – potensi yang dimiliki dengan baik. Orang akan merasa bahagia dan puas bilamana dapat mewujudkan peran dan tanggung jawabnya dengan baik. Contohnnya seorang mahasiswa dapat berprilaku atau menampilkan diri sebagaimana layaknya seorang mahasiswa dalam kehidupannya sehari – hari.
Kebutuhan tersebut secara hirarki dapat digambarkan sebagai berikut
Demikianlah uraian dan pembahasan kebutuhan menurut teori  maslow. Tinjauan ini  bukan satu – satunya  teori yang digunakan untuk menjelaskan tentang kebutuhan dasar manusia, tetapi masih banyak lagi ahli lain yang mengemukakan teori tentang kebutuhan manusia.




Menurut Jumhur dan Moh. Surya (1975) ada Sembilan jenis kebutuhan manusia, yaitu:
1.      Kebutuhan untuk memperoleh kasih sayang
2.      Kebutuhan untuk memperoleh harga diri
3.      Kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi
4.      Kebutuhan untuk memperoleh penghargaan yang sama dengan orang lain
5.      Kebutuhan untuk memperoleh kemerdekaan diri
6.      Kebutuhan untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
7.      Kebutuhan untuk memperoleh dikenal diri
8.      Kebutuhan untuk merasa dibutuhkan oleh orang lain
9.      Kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompoknya
Apabila ada salah satu atau lebih kebutuhan tersebut tidak terpenuhi , maka akan menimbulkan berbagai permasalahan dalam kehidupan seseorang perlu diketahui bahwa kadar kepuasan atas pemenuhan setiap  kebutuhan itu untuk setiap orang berbeda – beda. Namun pada prinsipnya semua kebutuhan itu memerlukan pemenuhan selanjutnya.
Mc Clelland mengemukakan ada tiga jenis kebutuhan manusia yaitu needs for achievement, needs for power, needs for offiliation. Ahli lain yaitu Murray (dalam Steers & Porter.1987) merumuskan  13 kebutuhan manusia yaitu needs achievement, offiliation, aggression, autonomy, endurance, exhibition, harm avoldance, impulsivity,  order,  power, succorence, dan understanding.



B.     Kebutuhan Khas pada Usia Remaja
Remaja memiliki beberapa jenis kebutuhan yang lebih menonjol untuk mendapatkan perhatian dan pemenuhan dibanding dengan  kebutuhan-kebutuhan lainnya. Ini bukan berarti bahwa kebutuhan dasarnya lalu menjadi hilang. Menurut Andi Mappiare (1982) ada dua jenis kebutuhan remaja, yaitu:
1.      Kebutuhan Primer, menyangkut kebutuhan makan, minum, tidur, dan lain-lain.
2.      Kebutuhan Sekunder, berupa kebutuhan untuk dihargai, untuk mendapat pujian, memperoleh kedudukan dalam kehidupan orang lain, menghasilkan sesuatu, dan sebagainya.
Rumusan jenis kebutuhan remaja dikemukakan oleh Komisi Perencanaan Pendidikan pada National Education Assosiation American (dikutip Andi Mappiare: 1982) mengemukakan beberapa kebutuhan yang bersifat khas pada usia remaja sebagai berikut:
1.      Remaja merasa butuh untuk mengembangkan keterampilan yang dapat digunakan sebagai bekal untuk bekerja (yang menghasilkan uang).
2.      Remaja sangat memerlukan informasi untuk memelihara kesehatan dan kesegaran fisiknya.
3.      Remaja membutuhkan suatu informasi atau pengetahuan tentang hak dan kewajiban seorang warga Negara yang baik.
4.      Memerlukan pengetahuan tentang masalah keluarga dan maknanya bagi individu maupun masyarakat.
5.      Perlu pengetahuan dan informasi bagaimana memperoleh dan memanfaatkan fasilitas yang ada dan bagaimana cara pemeliharaannya.

6.      Butuh informasi tentang peranan Ilmu Pengetahuan (Science) bagi kehidupan manusia.
7.      Membutuhkan peresapan makna (apersepsi) dan penghargaan terhadap seni, musik, dan keindahan alam.
8.      Memerlukan informasi bagaimana cara memanfaatkan waktu luangnya dengan bauk.
9.      Membutuhkan pengetahuan tentang cara mengembangkan rasa hormat (respect) pada orang lain.
10.  Membutuhkan wawasan dan pengetahuan untuk mampu berfikir secara rasional.
Jenis-jenis kebutuhan tersebut sangat diperlukan untuk bekal awal bagi remaja dalam mensikapi lingkungannya dengan sangat baik agar mereka dapat diterima oleh lingkungannya. Dengan penguasaan dan pemenuhan kebutuhan itu, remaja dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan lingkungan mereka. Disamping rumusan tersebut, ada tujuh jenis kebutuhan khas remaja yang dikemukakan oleh Garrison (dikutip oleh Andi Mappiare: 1982) yaitu:
1.      Kebutuhan untuk memperoleh kasih saying
2.      Kebutuhan untuk diikutsertakan dan diterima oleh kelompoknya.
3.      Kebutuhan untuk mampu mandiri.
4.      Kebutuhan untuk mampu berprestasi.
5.      Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan dari orang lain.
6.      Kebutuhan untuk dihargai
7.      Kebutuhan untuk mendapatkan falsafah hidup.


Urgensi dari setiap kebutuhan tersebut antara individu yang satu dengan yang lainnya tidak sama persis, karena dipengaruhi oleh faktor individu, faktor  sosial, faktor kultural, dan faktor religius (termasuk nilai-nilai yang dianut). Masing-masing faktor tersebut dapat mewarnai tinggi rendahnya tingkat pengharapan atas pemenuhan setiap kebutuhan tersebut.
C.    Usaha-Usaha yang Dapat Dilakukan Orang Tua dan Guru untuk Memenuhi Kebutuhan Remaja.
Pemenuhan kebutuhan sosial-psikologis sama pentingnya dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis. Apabila kebutuhan makan, minum tidak terpenuhi, akibatnya orang akan mati karenanya. Begitu pula halnya kebutuhan sosial-psikologis tidak terpenuhi dengan baik, secara tidak langsung dapat menimbulkan permasalahan bagi yang bersangkutan dan dapat pula mempercepat kematian.
Menurut Andi Mappiare (1982) apabila kebutuhan sosial-psikologis tidak terpenuhi, maka akan mengakibatkan timbulnya rasa tidak puas, menjadi frustasi, dan terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap lingkungan masyarakat dan dirinya, sehingga merasa tidak berarti dalam hidupnya. Sebaliknya bilamana kebutuhan tersebut terpenuhi dengan baik, maka dapat mewujudkan keseimbangan pribadi, serta menimbulkan rasa gembira, harmonis dan menjadi orang yang produktif untuk kepentingan dirinya maupun kepentingan orang lain.
Medinnus dan Johnson (1976) menyatakan kehangatan dan kasih sayang orang tua dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian yang kuat dan akan berkembang lebih baik bilamana mereka remaja.


Lingkungan keluarga dan guru/sekolah mempunyai peranan penting dalam mengarahkan sikap dan perilaku untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu pihak-pihak tersebut perlu melakukan berbagai usaha membantu memenuhi kebutuhan remaja, agar tidak menimbulkan kesulitan atau permasalahan bagi remaja. Sebagai pedoman berikut ini disampaikan saran-saran yang dapat dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan remaja.
1.      Meningkatkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, melalui ceramah dan kegiatan kerohanian lainnya.
2.      Memberikan bimbingan kepada remaja/siswa untuk mencapai cita-citanya dengan penuh kasih sayang, sehingga dapat menimbulkan citra positif.
3.      Memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari, untuk dapat dijadikan sebagai model bagi remaja sesuai dengan peran jenis kelaminnya masing-masing.
4.      Menyediakan fasilitas yang memadai untuk membantu remaja mengembangkan potensinya kea rah positif dan bermanfaat bagi remaja itu sendiri dalam hidupnya.
5.      Menghargai dan memperlakukan remaja sebagai individu yang sedang berkembang menuju kedewasaannya.
6.      Membantu remaja mengatasi problem-problem yang sedang dialami, agar tidak menimbulkan dampak negatif dalam kehidupannya.
7.      Mengikutsertakan remaja dalam mengatasi masalah (keluarga, sekolah) yang memerlukan pemecahan sesuai dengan batas-batas kemampuannya.
8.      Sekolah perlu menyediakan sarana/fasilitas dan program kegiatan yang dapat berfungsi sebagai wahana untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

9.      Sekolah perlu melakukan berbagai kegiatan kelompok sebagai wahan untuk mengembangkan sifat kebersamaan dan memenuhi kebutuhan, diikutsertakannya dalam kelompok.
10.  Membimbing dan memberi kesempatan untuk berprestasi melalui berbagai kegiatan ko-kurikuler maupun ekstra-kurikuler.
D. Pengaruh Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi Terhadap Tingkah Laku Remaja
Apabila kebutuhan remaja tidak terpenuhi akan timbul perasaan kecewa atau frustasi perasaan konflik dan kecewa dapat dipastikan terjadi pada siswa remaja yang berupaya untuk mencapai dua tujuan yang bertentangan. Misalnya remaja yang berprilaku preman dengan tujuan ditakuti kelompoknya dan sekaligus bersikap terpelajar dengan tujuan dihormati akan menemui kesulitan dalam hidupnya. Siswa remaja yang kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi dapat melakukan tingkah laku mempertahankan diri seperti tingkah laku agresif, egosentris, dan menarik diri.
Usaha memenuhi kebutuhan bagi remaja tidaklah mudah, melainkan sangat rumit, kompleks dan bervariasi sebagai contoh kebutuhan remaja yang sering kurang memperoleh kebutuhan adalah kebutuhan akan kasih sayang dari orang tua maupun orang dewasa lainnya. Hal ini akan mengakibatkan remaja cenderung mencari penyelesaiannya sendiri dengan cara membanci orang tua, suka mencari perhatian orang lain, lebih betah berkumpul dengan teman sebayanya, mencari orang lain sebagai pengganti orang tuanya, yang dapat memenuhi kebutuhannya itu seperti gurunya, pemuka masyarakat, mencintai orang yang lebih dewasa dan sebagainya.


Apabila kebutuhan sosial-psikologis tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan timbulnya rasa tidak puas, menjadi frustasi dan terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya. Sebagai contoh masa remaja disebut pula sebagai masa sosial hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (per kelompok). Penolakan dari per kelompok dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi.
idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.






Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak. Upaya untuk memfasilitasi perkembangan remaja menjadi amat penting. Dalam hal ini, peranan orang tua, sekolah, serta masyarakat sangat diharapkan.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Masa remaja sebagai masa pencarian identitas diri (self identity) memerlukan kebutuhan khas, yaitu kebutuhan fisik dan psikologis. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memerlukan pemenuhan, karena apabila setiap kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada timbulnya gejala-gejala menyimpang yang dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya.
Orangtua pada lingkungan keluarga dan guru pada lingkungan sekolah harus mampu berperan aktif dalam menyikapi tumbuh kembang anaknya pada masa remaja dengan melakukan berbagai pendekatan, agar remaja bukan saja menjadi seorang anak ataupun siswa tetapi juga bisa menjadi seorang sahabat/teman bagi dirinya, sehingga kedekatan emosional antara orangtua atau guru disekolah sebagai manusia dewasa dengan remaja dapat terjalin dengan baik.
B.     Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah sebagai calon pendidik maka sebaiknya kita bisa memahami karakteristik dari peserta didik yang akan kita didik suatu hari nanti sesuai dengan kebutuhan remaja yang telah diuraikan diatas agar peserta didik dapat mencapai cita-cita yang diinginkannya, serta agar pendidikan di Indonesia berkembang dengan baik sesuai dengan  tujuan pendidikan dalam UU No. 20 tahun 2003.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad, dkk. Psikologi Remaja.  Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Alisuf Sabri,H.M.,Drs. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Ajar Atas Biaya Dipa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2005.
Mudjiran, dkk. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press. 2007.
Sunarto,1995.Perkembangan Peserta didik.jakarta:PT Rineka Cipta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar