TUGAS AKHIR SEMESTER
PENGANTAR KURIKULUM
ANALISIS PENGEMBANGAN KURIKULUM
INDONESIA TAHUN 1968, 1975, 1984
1994, 2004 DAN 2006
DosenPengampu
:SarinahS.Ag, M.Pdi
Oleh:
Rini Delmasari
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN
TAHUN 2014
1.
Kurikulum 1968
a.
Karakteristik kurikulum 1968
· Kurikulum 1968
merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
· Mata pelajaran
dikelompokkan menjadi 9 pokok.
b.
Kelebihan
Kurikulum 1968
· Pendidikan diarahkan
pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan
fisik yang sehat dan kuat
c.
Kekurangan Kurikulum 1968
· Hanya memuat mata
pelajaran pokok saja.
· Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan.
2.
Kurikulum 1975
Di dalam kurikulum 1975, pada setiap bidang studi
dicantumkan tujuan kurikulum, sedangkan pada setiap pokok bahasan diberikan
tujuan instruksional umum yang dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai satuan
bahasan yang memiliki tujuan instruksional khusus. Dalam proses pembelajaran,
guru harus berusaha agar tujuan instruksional khusus dapat dicapai oleh peserta
didik, setelah mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu disajikan oleh guru.
Metode penyampaian satun bahasa ini disebut prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI).Melalui PPSI ini dibuat satuan pelajaran yang berupa
rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
a.
Karakteristik kurikulum 1975
· Berorientasi
pada tujuan
· Menganut
pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
· Menekankan
kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
· Menganut
pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya
tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku
siswa.
· Dipengaruhi
psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (drill).
b.
Kelebihan
Kurikulum 1975
· Menekankan pada pendidikan yang
lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan waktu
· Menganut sistem yang senantiasa
mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,dapat diukur dan dirumuskan
dalam bentuk tingkah laku siswa
c.
Kelemahan Kurikulum 1975
· Guru dibuat sibuk menulis rincian
apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran
3.
KURIKULUM 1984 (KURIKULUM CBSA)
a.
Karakteristik Kurikulum 1984
·
Mengusung process skill approach.
Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"kurikulum1975 yang disempurnakan".
·
CBSA merupakan suatu upaya dalam
pembaharuan pendidikan dan pembelajaran pada
saat itu. Pendekatannya
menitikberatkan pada keaktifan siswa yang merupakan inti dari kegiatan
belajar.
·
Dalam CBSA kegiatan belajarnya
diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi,
membuat sesuatu, menulis laporan,
memecahkan masalah, membentuk gagasan, menyusun rencana dan sebagainya.
·
Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan
pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan
ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas
dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yangdiberikan.
·
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum
diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada
pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang
pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya
·
Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau
kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan
mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan
konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan
induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan
dari sederhana menuju ke kompleks.
· Menggunakan
pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar
mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan
memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam
mencapai tujuan pelajaran.
b. Kelebihan kurikulum
1984 (CBSA)
· Pendekatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental,
intlektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar
secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektip, maupun psikomotor.
c.
Kekurangan Kurikulum 1984 (CBSA)
· Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar.
· Banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran
siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak
lagi mengajaar model berceramah.
4. Kurikulum 1994
a.
Karakteristik kurikulum 1994
· Pembagian
tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
· Pembelajaran di
sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada
materi pelajaran/isi).
· Kurikulum 1994
bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua
siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
· Dalam pelaksanaan
kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa
aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan
siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen,
divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
· Dalam
pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.
b.
Kelebihan Kurikulum 1994
· Penggunaan strategi yang melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan social.
· Pengajaran dari hal yang konkret ke
hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang
sederhana ke hal yang kompleks.
c.
Kekurangan Kurikulum 1994
· Aspek yang di kedepankan dalam
kurikulum 1994 terlalu padat.
· Konsep pengajaran satu arah, dari
guru ke murid.
· Beban belajar siswa terlalu berat
karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata
pelajaran.
· Materi pelajaran yang dianggap
terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa,
dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan
sehari-hari.
· Pengulangan-pengulangan
materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.
5. KURIKULUM 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK))
a.
Karakteristik Kurikulum 2004
· Menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
· Berorientasi
pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
· Penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
· Sumber belajar
bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
· Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
b.
Kelebihan Kurikulum 2004
· Dalam pembelajaran adanya komunikasi
dua arah antara guru dan siswa.
· Pembelajaran berpusat pada siswa.
· Penggunaan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
· Sumber belajar yang bervariasi.
c.
Kekurangan Kurikulum 2004
· Kurangnya sumber manusia yang
potensial dalam menjabarkan KBK dengan kata lain masih rendahnya kualitas
sorang guru, karena dalam KBK seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menjalankan pendidikan.
6. KURIKULUM 2006- (KTSP)
Kurikulum 2006
atau yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan yang berlaku dewasa ini di Indonesia. KTSP
diberlakukan mulai tahun ajaran 2006/2007 yang menggantikan kurikulum 2004
(KBK). Kurikulum ini lahir seiring dengan pemberlakuan Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional serta Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Salah satu perbedaan KTSP
dibandingkan dengan kurikulum yang pernah berlaku sebelumnya di Indonesia
adalah terletak pada sistem pengembangannya. Pengembangan kurikulum sebelum
KTSP dilakukan secara terpusat (sentralistik), sedangkan KTSP merupakan
kurikulum operasional yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan karakteristik dan perbedaan daerah (desentralistik).
a. Karakteristik KTSP
· Menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual, maupun klasikal.
· Berorientasi
pada hasil belajar (learning out comes) dan keberagaman.
· Penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
· Sumber belajar
bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsure
edukatif.
· Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
b.
Kelebihan KTSP
· Dalam pembelajaran adanya komunikasi
dua arah antara guru dan siswa.
· Pembelajaran berpusat pada siswa.
· Penggunaan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
· Sumber belajar yang bervariasi.
· seorang guru
benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang menuntut kekereatifitasan.
c.
Kekurangan KTSP
· Minimnya
sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung pendidikan dan terutama
sekali kesiapan guru dan sekolah untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum
sendiri.
· kurangnya
SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan
yang ada.Pola penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru.
Sebagian guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide
kreatif untuk menjabarkan panduan KTSP. Selain itu juga disebabkan pola
kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreatifitas guru.
· kurangnya
ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP.Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan salah
satu syarat yang paling penting bagi pelaksaan KTSP. Sementara kondisi di
lapangan menunjukan masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga,
laboratorium serta fasilitas penunjang lainnya.
· penerapan
KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran berdampak pada pendapatan
guru.
Persamaan dan perbedaan kurikulum 1968, 1975,
1984, 1994, 2004, dan 2006
A. Persamaan
1. Dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945.
2. Tujuan
dan isi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan pada setiap
tahunnya.
3. Peningkatan
mutu pendidikan mencakup pengembangan dimensi manusia seutuhnya yakni aspek-aspek moral,
ahlak, budi pekerti, perilaku,
pengetahuan, kesehatan, ketrampilan, dan seni yang bermuara pada peningkatan dan pengembangan
kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik.
B. Perbedaan
a.Kurikulum
1968
“Membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan
ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 dan isi Undang-Undang Dasar 1945”.
b.Kurikulum
1975
“Membentuk manusia pembangunan yang berpancasila dan
membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat
menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai
bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang bermaktub
dalam Undang-Undang Dasar 1945”.
c.Kurikulum
1984
“Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian
dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah airagar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
d.Kurikulum1994
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
e. Kurikulum 2004
kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada
mengeksplorasi kemampuan/potensi peserta didik secara optimal, mengkonstruk apa
yang dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
kurikulum berbasis kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta didik agar
memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga proses penyampaiannya harus bersifat
kontekstual dengan mempertimbangkan faktor kemampuan, lingkungan, sumber daya,
norma, integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja, dengan kata lain KBK
berorientasi pada pendekatan konstruktivisme.
f. Kurikulum 2006
KTSP mendorong terwujudnya otonomi penyelenggaraan
pendidikan oleh Sekolah.Jadi dengan adanya otonomi ini maka sekolah dapat
merumuskan kurikulum sesuai dengan kondisi maupun situasi sekolah tersebut.
2.
Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
a.Kurikulum
1968
1. Membentuk manusia
Pancasila sejati
2. Mempertinggi mental, moral, budi
pekerti, dan memperkuat keyakinan agama.
3. Mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan.
4. Membina/ mempertimbangkan fisik yang
kuat dan sehat.
b.Kurikulum
1975
Kurikulum 1975 menekankan pada
tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective)
yang terkenal saat itu.
Kurikulum
1975 secara umum mengharapkan lulusannya :
1. Memiliki sifat-sifat dasar sebagai
warga negara yang baik.
2. Sehat jasmani dan rohani.
3. Memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pekerjaan, bekerja di
masyarakat, dan mengembangkan, diri sesuai dengan asa pendidikan seumur hidup.
c.Kurikulum
1984
1. Mendidik murid agar menjadi manusia
Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri
dan ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa.
2. Memberi bekal kemampuan yang
diperlukan bagi murid untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih
tinggi.
3. Memberikan kemampuan dasar untuk
hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan, dan lingkungannya.
d.Kurikulum1994
1. Mencapai tujuan pendidikan nasional
dengan memperhatikan tiap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan,
kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta kesenian.
2. Menekankan kemampuan dan
keterampilan dasar baca-tulis-hitung (calistung), sebab kemampuan tersebut
merupakan kemampuan awal yang akan mempengaruhi kemampuan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi lebih jauh.
e. Kurikulum 2004
1. menekankan pada mengeksplorasi
kemampuan/potensi peserta didik secara optimal, mengkonstruksi apa yang
dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Menekankan
pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun klasikal.
3.
Berorientasi
pada hasil belajar dan keberagaman
4.
Penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, yang mana
guru tidak hanya menggunakan metode ceramah saja yang cenderung monoton tetapi
metode yang lainnya juga.
5.
Sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain yang memenuhi
unsur edukasi.
6.
Penilaian
menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi.
f. kurikulum 2006
1.
mengurangi
beban belajar siswa yang berat, hal ini sangat bermanfaat untuk siswa
dipendidikan dasar, karena mereka masih butuh bermain dan mengembangkan
kepribadian mereka secara alami.
2.
Guru
harus mencari metode yang kreatif karena pada kurikulum ini gurulah yang harus
merancang konsep belajarnya bukan lagi terpusat.
3.
Siswa
diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi.
3. Ciri-ciri
a.Kurikulum 1968
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, SH
(1968-1973).
2)
Sifat kurikulum correlated subject.
3) Jumlah mata pelajaran SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang
studi (Bahasa Indonesia dibedakan atas Bahasa Indonesia I dan II), dan SMA jurusan A
18 bidang studi.
4) Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan
disederhanakan menjadi dua jurusan, yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti
Pengetahuan Alam (PASPAL).
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, SH (1968 –
1973).
2) Sifat kurikulum Integrated Curriculum Organization.
3) Jumlah bidang studi di SD ada 9 bidang studi, SMP ada 11 bidang studi, dan SMA ada 11 bidang
studi.
4)
Penjurusan di SMA dibagi atas 3 jurusan, yaitu : jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Penjurusan
dimulai di kelas I pada permulaan semester II.
c. Kurikulum 1984
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Nugroho
Notosusanto (1983-1985).
2)
Sifat kurikulum content based curriculum
3) Jumlah
mata pelajaran di SD mencakup 11 mata pelajaran, SMP ada 11 mata pelajaran, dan SMA ada 15 bidang studi
untuk program inti dan 4 bidang studi untuk program pilihan
4) Penjurusan di
SMA dibagi atas 5 (lima) jurusan, yaitu : program A1 (ilmu fisika), program A2
(ilmu biologi), program A3 (ilmu sosial), program A4 (ilmu budaya), program A5
(ilmu agama).
d. Kurikulum 1994
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah Prof. Dr.
Ing. Wadiman Djoyonegoro (1993-1998).
2)
Sifat kurikulum objective based curriculum
3) Nama SMP dan SLTP kejuruan diganti menjadi SLTP
(Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan nama SMA diganti SMU (Sekolah Menengah
Umum)
4)
Jumlah mata pelajaran di SD ada 9 mata pelajaran, SLTP ada 13 mata
pelajaran, dan SMU ada 10 mata
pelajaran.
5)
Penjurusan di SMU dilakukan di kelas II dan dibagi atas tiga jurusan, yaitu jurusan
IPA, IPS, dan Bahasa.
6) SMK memperkenalkan program pendidikan sistem ganda
(PSG)
e. kurikulum 2004
1) berbasis kompetensi.
2) terpusat.
3) Menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
4) Penilaian menekankan
pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi
5) Memuat standar kompetensi dan
kompetensi dasar
6) Penilaian dalam setiap mata pelajaran
dilakukan dengan per aspek.
f. Kurikulum 2006
1)
guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.
2)
mendorong
terwujudnya otonomi sekolah dalam pendidikan.
3)
beban
belajar siswa menjadi berkurang.
4)
KTSP
yang dianggap sebagai kurikulum yang bersifat desentralisasi dalam kenyataannya
masih saja bersifat sentralisasi dengan tetap dilaksanakannya UAN yang bersifat
nasional sebagai standar kelulusan bagi tiap pelajar.
4.Mata
Pelajaran di Sekolah Dasar
a.Kurikulum
1968
Ada
tiga kelompok besar mata pelajaran, yaitu :
1.
Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila, meliputi pelajaran :
a)
Pendidikan Agama
b)
Pendidikan Kewargaan Negara
c)
Pendidikan Bahasa Indonesia
d) Bahasa
Daerah
e)
Olahraga
2.Kelompok Pembinaan Pengetahuan dasar, meliputi pelajaran:
a)
Berhitung
b) Ilmu
Pengetahuan Alam
c)
Pendidikan Kesenian
d)
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, termasuk ilmu kesehatan
3.Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus, meliputi pelajaran:
a)Kejuruan
Agraria (pertanian, peternakan, dan perikanan)
b)
Kejuruan Teknik (pekerjaan tangan dan perbengkelan)
c)
Kejuruan Ketatalaksanaan atau Jasa (koperasi dan tabungan)
·
Semua
mata pelajaran diberikan sejak kelas I, kecuali pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia
yang diberikan mulai kelas III (bagi sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa
daerah sabagai bahasa pengantar di kelas I dan II)
b.Kurikulum
1975
Kurikulum
1975 mencakup 9 bidang studi, yaitu :
1.
Agama
2.
Pendidikan Moral Pancasila
3.
Bahasa Indonesia
4.
Ilmu Pengetahuan Sosial
5.
Matematika
6.
Ilmu Pengetahuan Alam
7.
Olahraga dan Kesehatan
8.
Kesenian
9.
Keterampilan Khusus
· Bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial
tidak diberikan di kelas I dan II melainkan baru diberikan mulai kelas III.
· Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
dan Pendidikan Kependudukan diintegrasikan ke dalam beberapa bidang studi yang
relevan.
· Bahasa Daerah merupakan bagian dari
bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi sekolah di daerah yang memerlukan
pelajaran Bahasa Daerah.
c.Kurikulum
1984
Kurikulum
1984 mencakup 11 mata pelajaran, yaitu :
1.
Pendidikan Agama
2.
Pendidikan Moral Pancasila
3.
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
4.
Bahasa Indonesia
5.
Matematika
6.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
7.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
8.
Olahraga dan Kesehatan
9.
Pendidikan Kesenian
10.
Keterampilan Khusus
11.
Bahasa Daerah
·
Mata
pelajaran Matematika tidak diberikan pada kelas I dan II melainkan baru
diberikan mulai kelas III.
·
Pelajaran
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa diberikan hanya pada caturwulan ke-3
setiap tahunnya.
·
Pelajaran
Bahasa Daerah diberikan bagi daerah atau sekolah yang memberikan pelajaran
Bahasa Daerah.
d.Kurikulum1994
Kurikulum 1994 mencakup 9 mata pelajaran, yaitu :
1.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2.
Pendidikan Agama
3. Bahasa
Indonesia
4.
Matematika
5. Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)
6. Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
7.
Kerajinan Tangan dan Kesenian
8. Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan
9. Muatan
Lokal
· Khusus mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak diberikan di
kelas I dan II melainkan mulai diberikan di kelas III.
e. kurikulum 2004
1.
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
2.
pendidikan agama
3.
Bahasa indoensia
4.
matematika
5.
ilmu pengetahuan alam (IPA)
6.
ilmu pengetahuan social (IPS)
7.
kerajinan tangan dan kesenian
8.
pendidikan jasmani dan rohani
9.
muatan lokal
·
Jumlah
mata pelajaran memang belum ada perubahan tetapi, jumlah jam pelajaran siswa
berkurang dan metode yang digunakan guru ketika mengajarkan telah bersifat dua
arah.
f. kurikulum 2006
1.
pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan
2.
pendidikan
agama
3.
Bahasa
indoensia
4.
Bahasa
Inggris
5.
matematika
6.
ilmu
pengetahuan alam (IPA)
7.
ilmu
pengetahuan social (IPS)
8.
kerajinan
tangan dan kesenian
9.
pendidikan
jasmani dan rohani
10. muatan local
11. pengembangan diri
·
sekolah-sekolah
modern (maju) telah menambahkan mata pelajaran Bahasa Inggris.
5.Alokasi
Waktu
a.Kurikulum
1968
Kelas
I dan II
: 28 jam pelajaran, masing-masing jam pelajaran 30 menit.
Kelas
III, IV, V, dan VI : 40 jam
pelajaran, masing-masing jam pelajaran 40 menit.
b.Kurikulum
1975
Kelas
I : 26 jam pelajaran
Kelas
II : 26 jam pelajaran
Kelas
III : 33 jam pelajaran
Kelas
IV : 36 jam pelajaran
Kelas
V : 36 jam pelajaran
Kelas
VI : 36 jam pelajaran
c.Kurikulum
1984
Kelas
I : 28 jam pelajaran (ada
Bahasa Daerah), 26 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas
II : 28 jam pelajaran (ada
Bahasa Daerah), 26 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas
III : 35 jam pelajaran (ada
Bahasa Daerah), 33 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas
IV : 38 jam pelajaran (ada Bahasa
Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas
V : 38 jam pelajaran (ada
Bahasa Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas
VI : 38 jam pelajaran (ada Bahasa
Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
· Pelajaran Bahasa Indonesia pada
catur wulan ke-1 dan ke-2 ada 8 jam pelajaran, sedangkan caturwulan ke-3 ada 7
jam pelajaran.
d.Kurikulum1994
Kelas
I : 30 jam
pelajaran
Kelas
II : 30 jam pelajaran
Kelas
III : 38 jam pelajaran
Kelas
IV : 40 jam pelajaran
Kelas
V : 42 jam pelajaran
Kelas
VI : 42 jam pelajaran
e. kurikulum 2004
Alokasi waktu setiap jam pelajaran, 45 menit untuk SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK.
f. Kurikulum 2006
Alokasi waktu setiap jam pelajaran, 45 menit untuk SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK.
6.Materi
a.Kurikulum
1968
Muatan materi pelajaran bersifat
teoritis, tidak mengkaitkan
dengan permasalahan faktual dilapangan. Titik beratnya pada materi apa saja
yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
b.Kurikulum
1975
Materi pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) yang pada saat itu dikenal dengan “Satuan Pelajaran”.
c.Kurikulum
1984
Pada kurikulum 1984 ada penyederhanaan materi pada setiap
mata pelajaran sehingga mencakup materi yang penting-penting saja. Materi
pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin
dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
Materi disajikan berdasarkan tingkat
kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat
kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui
pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan
pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke
sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.
Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal dipadukan ke
berbagai bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Kesenian.
d.Kurikulum1994
Materi pelajaran dianggap terlalu sukar
karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang
bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan
kebutuhan daerah masing-masing. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Alhasil, kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum yang super padat.
e.
Kurikulum 2004
7.Pembelajaran
a.Kurikulum
1968
Metode pembelajarannya banyak
dipengaruhi teori psikologi unsur. Penerapan metode eja pada pelajaran bahasa
Indonesia, anak juga harus belajar melalui unsur-unsur lebih dahulu. Metode ini
menjadi bertolak belakang ketika pemerintah mengenalkan matematika modern 1971. Padahal guru hanya
menguasai ilmu hitung.
b.Kurikulum
1975
Metode, materi dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini
dikenal dengan istilah “Satuan
Pelajaran”. Setiap pelajaran dijabarkan kedalam “Tujuan Kurikuler”. Setiap pokok bahasan mata pelajaran
diurai menjadi ” Tujuan Instruksional Umum”. Kemudian dari pokok bahsan ini
dijabarkan kedalam satu bahasan yang melahirkan sejumlah tujuan instruksional
khusus.
Kurikulum 1975 menganut pendekatan yang berorientasi pada
tujuan, pendekatan integratif, pendekatan sistem, dan pendekatan ekosistem.
· Pendekatan yang berorientasi pada
tujuan, maksudnya bahwa semua komponen kurikulum diarahkan untuk mencapai
tujuan, yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional (tujuan Sekolah
Dasar), tujuan kurikuler (tujuan bidang studi), dan tujuan intruksional (tujuan
umum dan khusus).
· Pendekatan integratif, menekankan
adanya keterpaduan atau kesatuan dari keseluruhan sistem pengajaran.
·
Pendekatan
sistem, dimaksudkan bahwa kurikulum merupakan suatu totalitas yang memiliki
berbagai komponen yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan.
· Pendekatan ekosistem, maksudnya
bahwa kurikulum senantiasa berorientasi atau didasarkan kepada tuntutan
kehidupan dalam masyarakat yang sedang membangun.
Kurikulum 1975 juga menganut prinsip relevansi, prinsip
efisiensi-efektivitas, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, dan prinsip
pendidikan sumur hidup.
· Prinsip
relevansi
Suatu sistem
pendidikan hanya akan bermakna apabila kurikulum yang dipergunakan relevan
dengan kebutuhan dan tuntutan lapangan kerja.
· Prinsip
efisiensi dan efektifitas
Kurikulum 1975/
1976 menekankan kepada efisensi dan efektifitas penggunaan dana, daya dan
waktu.
· Prinsip
fleksibilitas
Pelaksanaan
suatu program hendaknya didasarkan dengan mempertimbangkan faktor- faktor
ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya
program.
· Prinsip
berkesinambungan/ kontinuitas
Sesuai dengan
tujuan institusional, siap mempersiapkan para siswa untuk berkembang menjadi
warga masyarkat, tetapi juga dipersiapkan untuk mampu melanjutkan kesetiap
jenjang pendidikan.
· Prinsip
pendidikan seumur hidup
Dalam GBHN
telah dirumuskan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Pendidikan para
siswa tidak cukup hanya di sekolah saja, sekalipun kesempatan belajar yang luas
dan penting, melainkan harus dilanjutkan kemasyarakat.
c.Kurikulum
1984
Pada kurikulum 1984 guru dalam mempersiapkan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta menentukan cara penilaian sendiri
secara lebih bebas. Pelaksanaan pengajaran mengarah pada ketuntasan belajar dan
disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing anak didik. Posisi siswa
ditempatkan sebagai subyek belajar, yang terkenal dengan metode Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan
kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan
dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.
d.Kurikulum1994
Tujuan pengajaran menekankan pada
pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi
pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi). Dalam
pelaksanaan kegiatan, guru harus memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada
jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban),
dan penyelidikan.
e. Kurikulum 2004
Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, yang mana guru
dalam menyampaikan materi lebih bersifat dua arah, tidak lagi monoton. Sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain yang memenuhi
unsur edukasi, jadi setiap siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mengasah kemampuan mereka tidak hanya dari sekolah melainkan juga diluar
sekolah sehingga timbulah suatu konsep pendidikan “long live education”.
Dalam kurikulum berbasis
kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta didik agar memiliki
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga proses penyampaiannya harus bersifat
kontekstual dengan mempertimbangkan faktor kemampuan, lingkungan, sumber daya,
norma, integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja, dengan kata lain KBK
berorientasi pada pendekatan konstruktivisme.
f. Kurikulum 2006
guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan
karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan
telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.Jadi pengambangan
perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan
kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota.
Setiap guru sebelum menyampaikan
materi, terlaebih dahulu harus merancangRencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosdur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang
diterapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalm silabus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2003.Pelayanan
Profesional Kurikulum 2004: Pengelolaan Kurikulum di Tingkat
Sekolah. Jakarta:Depdiknas.
Bagus, Andi.
2008. Kurikulum Pendidikan di Indonesia.
http://andibagus.blogspot.com/2008/03/kurikulumm –pendidikan-di-
indonesia.html. (Diakses 28 Desember
2011).
Hamalik, Oemar.
2003. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mulyadi,
Usman, dkk. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.Jakarta:Bina Aksara.
Nasution.
1999. Asas – Asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suyanto,
2006. Persoalan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0310/06/Didaktika/604355.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar